Seperti
biasa, seperti hari-hari sebelumnya gonggongan anjing menjadi alarm otomatis
setiap sahurnya. Terlihat empat orang anak gadis tetap lelap berbalut kain
gendong yang dipinjami karo untuk kami. Pagi itu dingin sekali, rasa-rasanya
tidak ingin lepas dari dekapan kain gendong tersebut. Serasa ingin selalu
mendekapnya. Tak perduli anjing bergonggong garang sekalipun, namun sahur
tetaplah harus dijalankan meski dengan lauk jengkol sekalipun. Jengkol?
Benarkah?
Terdengar
suara televisi menyala, akhirnya kami berempat pun terbangun tanpa menghiraukan
gonggongan anjing yang sebenarnya sudah membuat telinga kami kebal dan
terbiasa. Terlihat Mak Kesha tengah menonton tv, ternyata tadi malam ban sepeda
motornya bocor hingga tidak memungkinkan dia untuk kembali ke rumah dan mencari
tambal ban pada malam hari dan mengharuskan dia untuk menginap mala mini dan
sahur bersama kami.