Fajar
yang menyingsing membawa para tim safari ramadhan di hari-2. Setelah tadarus
bersama selepas shubuh, diikuti dengan tradisi lama yang tak pudar oleh masa, yaitu tidur
kembali. Sudah kodradnya manusia, kalau tidak ada kerjaan selepas tadarus, ya
apalgi mau dikerjain selain tidur. Tadarus usai pada pukul 06.30 WIB, setelah
itu tidak ada manusia pun yang berdar di dalam masjid Nur Syakirin, semuanya
melanjutkan tidur yang tertunda, termasuk aku. Meski pepatah mengatakan bahwa
tidak boleh tidur selepas shubuh, karena akan ditakutkan rezeki akan dipatuk
ayam, tapi kami tetap saja tidur, zzzZzZZz
Setelah
beberapa jam terbawa dalam dunia mimpi, yang ketika bangun menyebabkan pusing
kepala. Ya, tidur lepas shubuh itu akan menyebabkan pusing kepala, entah
sebabnya. Kami pun bergegas mandi untuk meluncur ke desa yang akan menjadi
tempat kami berdakwah selama Sembilan hari ke depan. Sudah ada Ramadhani yang
menunggu sendiri di sana, kebetulan kemarin dia mengirimkan pesan pada kak Faiz
untuk dikirimkan beberapa tim untuk menemaninya. Hehe, ternyata pria itu juga
tidak betah sendirian di kampung orang.
Setelah
semuanya beres, kami pun pergi ke desa Sukadame, diantar oleh tim pemantau dan
juga tim lain yang akan pergi ke desanya masing-masing. Perjalanan yang kami
tempuh lumayan jauh, benar-benar jauh dari jangkauan kota, meskipun memang
sudah masuk listrik, namun keadaan jalan masih dirimbuni pohon-pohon di sisi
kanan dan kiri jalan, di sebelah kiri jurang dan di sebelah kanan persawahan
warga, bahkan kami juga menempuh jalan yang sisi kanan dan kirinya merupakan
jurang, luar biasa sekali. Sama sekali tidak ada lampu jalan, terlihat beberepa
titik yang tengah mengalami perbaikan jalan.
Dikhawatirkan
bila penduduk melintasi jalan tersebut pada malam hari sangatlah berbahaya,
selain tidak ada lampu jalan, juga minim rumah penduduk. Maka ada baiknya bila
ingin berkunjung atau melintasi desa Sukadame Pancur Batu datanglah pada siang
hari atau ketika matahari belum tenggelam. Bersama kak Jannah, kak Faiz, Asem
dan juga Mentari, tibalah kami di rumah salah satu penduduk yang juga tengah
menunggu kehadiran kami, yaitu wanita dengan dua anak yang biasa dipanggil Mak
Nunun, karena anak tertuanya bernama Nurul tapi dipanggil Nunun.
Nurul Huda (Nunun) dan kucing-kucing kecil peliharaannya |
Mak
Nunun memiliki dua anak kecil yang sangat lucu dan lincah sekali, anak pertama
bernama Nurul Huda, gadis kecil berkulit hitam manis keturunan ayahnya yang
asli Ambon ini sangat mencintai kucing-kucing kecilnya, terkadang Nunun
menakut-nakuti kami dengan kucing kecil peliharannya itu, dia sedikit nakal.
Khairul Hamzah (Pleman) sedang berlagak seperti pemuda India |
Dan
anak keduanya bernama Khairul Hamzah, dia adalah pria kecil yang sangat mudah
merajuk, dan ketika ia merajuk maka wajahnya akan semakin tampan. Hamzah selalu
menyebut dirinya Hamzah Pleman ketika ditanya siapa namanya. Karena dia sangat
suka dengan karate, terlihat dengan kesehariannya yang suka bergaya ala jagoan
india yang sedang berkelahi.
Diskusi jelang aktifitas Sarafri Ramadhan |
Di dalam rumah sederhana dengan
dinding rajutan bambu itu kami sedikit membuka diskusi tentang tempat tinggal
yang akan aku, tari dan dani tempati Sembilan hari kedepan, dikarenakan rumah
Mak Nunun hanya berisikan satu kamar dan sangat merepotkan bila kami bertiga
ikut tidur di dalamnya, maka Mak Nunun menwarkan kami untuk tinggal di rumah
orangtuanya yang kebetulan hanya tinggal sendirian dengan tiga kamar di
rumahnya.
Akhirnya
kami memutuskan untuk tinggal di rumah ibu dari Mak Nunun, yang biasa disebut
Karo, awal-awalnya lidahku masih sangat canggung menyebunya, tak jarang aku
terlepas memanggilnya nenek atau bahkan opung, seperti panggilan untuk nenekku.
Namun ala bisa karena biasa.
Awal
kegiatan kami mulai dengan memakmurkan masjid yang hari-hari sebelumna seakan
mati seperti tidak ada penduduk islam di sekitanya. Entah bagaimana sebelumnya,
yang pasti sejak kedatangan kami, hanya kamilah yang menjadi orang pertama yang
datang ke masjid, untuk mulai membersihkan masjid dan mengumandangkan suara
ngaji sebelum azan dan setelahnya mengumandangkan azan.
Masjid Al-Ikhlas Desa Sukadame; Perlu perbaikan |
Jika
kita bandingkan masjid ini dengan masjid di kota, pastilah sangat jaug
perbandingannya, dinding masjid ini belum diplaster dengan semen atau bahkan
keramik, kamar mandi yang sangat tidak terawatt dan tidak layak, dan bahkan
tempat wudhu yang sayang berbahaya, karena bila ingin mengambil wudhu harus
menghidupkan mesin terlebih dahul karena mengenakan sanyo, salah salah bisa
kesetrum.
Karena
murid yang akan diajarkan sebagai program kerja safari ramadhan ini belum ada,
jadi hari pertama di masjid hanya dihabiskan untuk membersihkan masjid agar
terasa nyaman untuk beribadah di dalamnya.
Ini saya, sedang membersihkan karpet Masjid ^^ |
Selepas
ashar kami kembali ke rumah Karo, dan berkunjung ke rumah Mak Nunun, dan
kebetulan Mak Nunun menyuruh kami untuk meminta kelapa pada Mak Kesha yang
merupakan kakak kandungnya, rumahnya pun tak jauh dari rumah Mak Kesha. Dengan senang
hati kami mendatangi rumah Mak Kesha, dan Mak Kesha pun menyambut baik
kedatangan kami. Setelah kami menyampaikan maksud kedatangan kami, Mak kasha pun
membawa kami menuju belakang rumahnya untuk memetik langsung buah kelapa dari
pokoknya.
Mak Kesha sedang menjala kelapa muda |
Dan
ternyata tinggal di desa itu menyenangkan, daerah tempat kami tinggal di
kelilingi oleh tanaman-tanaman, hingga itulah yang membuat warga desa jarang ke
kota, karena jika ingin makan mereka tinggal petik langsung dari pohonnya. Mulai
dar pohon cokelat, pohon jeruk, papaya, cabe, kunyit, ubi, manggis, pisang,
petai, jengkol hingga durian.
Setelah
berburu kelapa, aku dan tari memasak untuk berbuka puasa. Ternyata selama ini
Karo tdak pernah masak, maklum karena kondisi yang sudah tua mengakibatkan dia
tidak bisa lagi ke dapur, terlebih dia punya anak perempaun yang setiap hari
mengantarkan lauk untuk dia makan. Karo memberikan kami bahan ikan teri dan
daun ubi. Kami langsung memasaknya dengan pengalaman ala kadarnya, untungnya
tari masih punya pengalaman masak yang baik, tidak seperti aku, yang ke dapur
saja bisa dihitung berapa kali. Tapi, aku sering melihat mamaku masak di rumah,
jadi aku masih ingatlah bagaimana memasak dengan bahan daun ubi.
Menu berbuka hari pertama di desa Sukadame |
Akhirnya
kami membagi tugas, aku memasak sayur daun ubi dengan santan dan tari memasak
ikan teri sambal. Keadaan memasak tidak terlalu sulit, tidak seperti yang aku
bayangkan, di rumah karo sudah menggunakan kompor gas, jadi memudahkan kami untuk
memasak, cabe dan kelapa tinggal petik, dan memarutnya tinggal diupah saja di
warung dekat rumah karo.
Buka bersama Karo dan dua cucunya yang lucu |
Usai
memask kami menunggu saatnya berbuka puasa bersama karo dan dua cucunya yang
lucu-lucu, karena Hamzah dan Nunun tidak ingin pulang, maka mereka berdua
berbuka puasa bersama kami meskipun mereka tidak berpuasa.
Selesai
berbuka, kami melaksanakan sholat maghrib berjamaah di rumah. Selepas itu kami
langsung berangkat ke masjid lebih awal untuk mengumandangkan azan isya yang
akan dikumandangkan oleh Dani. Dan tibalah pertunjukan yang ditunggu-tunggu
oleh para warga jamaah sholat tarawih, yaitu ceramah. Ceramah selama Sembilan hari
ini akan dilakukan bergilir, dan malam pertama di Desa sukadame ini akan
dibawakan oleh Dani, karena malam sebelumnya Dani hanya memantau dan belum
melakukan aktifitas apa-apa.
Ceramah perdana Ust Ramadhani di Masjid Al-Ikhlas |
Setelah
ceramah, langsung melaksanakan sholat tarawih yang diimami oleh Ustadz
Ramadhani, sebagai mahasiswa IAIN SU, menjadi imam dalam sholat sudah menjadi
kewajiban utama di manapun ia berada, pun juga membawakan tausyiah, semoga
berkah, aamiin.
Ini dia calon imam yang baik untuk keluarga, hehe ^^ |
Nah,
sepulang tarawih ada momen yang sangat mendebarkan ketika menempuh perjalanan
pulang ke rumah. Desa Sukadame adalah mayoritas non-muslim, dan semua warga
non-muslimnya memiliki anjing di setiap rumahnya, dan ketika aku, Tari, dan Dani
beserta Hamzah dan Nunun melintasi rumah-rumah warga, maka siap-siaplah
menayantapi aungan anjing yang saling bersahutan, saling memanggil satu sama
lain, bahkan anjing yang tenga tidur pun akan ikut menggonggong ketika itu. Bulu
kuduk merinding berada diikuti setan, ketakutan mendera, rasa-rasanya anjing
akan segera menerkam. Namun ada rahasianya agar tidak dikejar anjing, yaitu
tetaplah santai, jangan sampai terdengar suara seretan sandal dan jangan lari.
Setelah
sampai di rumah, berasa mendapat medali kemanangan karena terbebas dari
gonggongan anjing-anjing ganas. Dan belum sampai di situ, jangan harap bisa
tidur nyenyak, karena tiap tengah malam anjing akan mulai mengaum, seperti
melihat makhluk halus. Aaaaaa.. suara anjing itu tepat di samping kamar kami,
suasana dingin pun tak kuasa melelapkan tidur kami dikarenakan gonggongan anjing
seperti srigala menemukan mangsa.
Bersambung…>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar