Sabtu, 29 Desember 2012

The Happies Holiday with My Best Friends

Desember 29, 2012 1 Comments

Oleh: Rezita Agnesia Siregar
Siapa bilang liburan harus dihabiskan untuk mengunjungi tempat-tempat mewah dan mahal? Yang terpenting adalah suasana bagaimama kita bisa membawa diri kita menjadi lebih bernilai meski liburan di tempat yang sederhana. Libur semester kali ini aku memutuskan untuk melumat habis isi Medan Zoo (apa? Mau makan seluruh binatang yng ada disana? Oh tidak!) bukan untuk memasukkan seluruh isi Medan Zoo ke dalam perut, tapi memasukkannya ke dalam memori otakku yang paling dalam agar liburan seru kali ini akan selalu ku ingat sampai penuaan mengusik hidupku) Ku ambil ponselku dan kulayangkan pesan untuk kedua sahabatku, Irma dan Devy. Dalam pesanku aku menyatakan untuk mengajak mereka liburan ke Medan Zoo minggu ini, singkat cerita sahabat-sahabatku pun bersedia untk liburan ke Medan Zoo.

The First Holiday And Whether It Will Be The Last?

Desember 29, 2012 0 Comments

Oleh: Rezita Agnesia Siregar

Selalu ada cerita dibalik tangis dan tawa, seperti aku. Selalu ada aksara yang melayang bebas dalam intuisiku, merangkai dan memintal aksara untuk aku pamerkan di masa depan, tentang hari ini, kemarin dan esok. Bukan mudah untuk menyatukan berpuluh-puluh pendapat, terlebih tentang perdebatan yang terkadang membuat aku muak, bahkan hampir menumpahkannya dari perutku. Berbulan-bulan aku dan keluarga besar Ahwal Syakhsiyah-B merundingkan tentang tujuan liburan akhir semester ini, puluhan pendapat terlontar dan puluhan perdebatan hampir tak terelakkan, asa hampir lelah.

Minggu, 02 Desember 2012

Second Day in December

Desember 02, 2012 0 Comments

Hai penguasa hari ini, apakah kamu merasa bahagia dengan kedatangan hari ini? ini tanggal 02 Desember, hari yag kamu tunggu-tunggu namun kamu takuti kedatangannya. Banyak ungkapan yang sulit aku ungkapkan, bukan karena enggan namun terlebih karena aku tak mampu meluapkannya, tertahan di tenggorokannku, ada sesosok adam lain yang menahanku, aku ingin sekali kamu tahu, aku ingin sekali kamu mendengar, bahwa aku menjerit dalam lamunanku, aku terbang dalam pasungku, aku memanggilmu, aku mengucapkan selamat akan hari ini, hari yang kamu kuasai, hari dimana banyak jemari menjabat jemarimu namun tidak denganku, namun tahukah kamu hatiku telah erat menggenggam hatimu, namun aku sadar kamu pasti mengabaikan atau saja terabaikan oleh hawa yang lain.
            Disisi lain aku ingin kamu melihat ini, disisi lain aku tidak ingin kamu menyadari keberadaanklu yang masih dan sangat masih, ah entahlah, rasa apa ini, masih apakah aku, apa dasar dari kata masih ini, sungguh aku hanya ingin menjadi angin, yang mampu kapan saja membelai lembut kulitmu, menyeka syahdu rambutmu, mencium harum aroma tubuhmu. Duhai penguasa hatiku, mungkin aku tidak ada lagi dalam serambi hatimu, namun kamu, aku pun tak mampu mendefenisikannya. Aku gila, aku gila karena rasa yang sulit aku beri arti. kamu sungguh hidup dalam dera air mataku, kamu satu-satunya yang takkan terganti jikalau pun kamu akan terganti tidak pantaslah kamu menjadi yang kedua.
Ketahuilah bahwa aku tidak pergi, aku hanya sedikit menyamarkan warna kulitku agar samar terlihat olehmu. Aku tidak ingin lagi mengusik bahagiamu, aku tahu tidaklah guna mengharap bayang semu, namun inilah keinginanku, tolong jangan paksa aku tuk benar-benar pergi, biarkan aku melihatmu dalam jarak yang jauh darimu, setiap detik yang selalu menggumamkan namamu. Ingatlah, aku menggenggam erat hatimu, aku selalu menjaganya, aku sakit jika kamu juga begitu, aku akan berusaha juga bahagia jikalau kamu bahagia dengan cinta barumu. Selamat ulangtahun odongku, i’m still, still n still forever more J

Medan, 02  Desember 2012 00.05 Wib
Di Pelataran Hati yang Terkikis

Memperhatikanmu

Desember 02, 2012 0 Comments


Tepat seminggu lalu, kutemukan engkau dalam secarik diam, dalam lamunanmu yang juga aku lamunkan. Mengapa engkau diam? aku memanggilmu dari sini, meski hanya sebatas gumam, namun aku percaya engkau juga mendengar. Ah mana mungkin, aku siapa? Kamu siapa? Dari mana landasan bisa kenal. Aku bukan bidadari yang kau cari tapi engkau pangeran yang kudambakan, kini kutemukan engkau dalam keramaian, keramaian yang benar-benar membuatmu berbeda, duhai pangeran almamater merahku, bisakah sedikit putarkan arah kepalamu, lihat kemari, aku tengah memperhatikanmu.

30-11-2012,
Beranda cinta, {}

Senyumanmu

Desember 02, 2012 0 Comments

Senyumanmu J
Dalam sunyi yang disekat dalam ruangan bersegi empat berwarna ungu, aku berkutat dengan layar komputerku, beradu tenaga dengan keyboard yang kini tengah kujajahi, terkiang sejarik lirik yang membuatku termangu, membuatku terhenti menjajahi sang keyboard, aku diam keyboard pun manyun, lirik itu jelas menusuk organ kepala terdalamku, “~Senyumanmu masih jelas terkenang hadir selalu, seakan tak mau hilang dariku”. Yah, senyuman itu, senyuman yang untuk kedua kalinya aku dapatkan, senyum ini berbeda dari senyum yang pertama, senyum ini lebih mewah, lebih lepas layaknya burung yang terbang hilang kendali tanpa sayap, hampir jatuh dan bahkan telah jatuh, benar, senyum itu telah jatuh mengenai kornea mataku, menyerang otakku bertubi-tubi, hingga aku tidak bisa berhenti membayangkan senyum itu. Senyum yang lebih manis dari rasa toping cokelat yang baru tadi pagi aku cicipi dari lemari pendinginku. Ah aku rindu.
“~Takkan mudah kubisa melupakan segalanya, yang telah terjadi di antara kau dan aku, diantara kita berdua~”. Aku kembali terpasung diantara dilema dan kegalauan yang menggila. Lirik itu benar-benar membuatku kembali memutar haluanku jauh kebelakang, sulit bagiku untuk melangkah meninggalkan kenangan itu namun banyak hal yang juga mempropokatoriku untuk terus menetapkan senyum itu dalam dinding hatiku. Meski aku terus melangkah dan terus menahan hati untuk tidak berputar haluan, tetap saja sapaan lirih memanggilku, ia terngiang, senyuman itu menelusup lewat celah-celah hati yang robek, ia menyinggahi membersihkan hati yang telah usang. Perlahan memberikan warna baru namun hanya sedetik lalu pergi lagi. Ia mempermainkan hatiku tanpa ada niat untuk mempertanggungjawabkan akan hati yang kian terpuruk ini.
            Ada apa ini? Aku hampir lupa pada sosok wajah yang melemparkan senyum manis itu, namun kenapa hanya senyumnya yang menelusup liar dikepalaku. Hampir, sedikit lagi aku mampu menghapusnya dengan penghapus yang telah hadir menawarkan diri untuk membantuku menghapusnya, namun sayang, kurasa memang percuma, kurasa senyuman itu telah tertanam mati dalam hati dan otakku, logika dan hatiku mungkin telah bersahabat mengenai senyum yang membuatku gila ini, Bantu aku, izinkan aku menghapusnya, tolong!
Medan
Sab 01122012 12.15. 
Pada Dinding hati yang Robek