Kamis, 27 Juni 2013

Cinta Juga Bisa Kadaluarsa; Delapan Belas Hari

Juni 27, 2013 1 Comments
Sastra, kau agungkan itu dalam igauanmu menarik ulur separuh bilik dalam rongga dadaku. Bodoh, terlalu iba atau terlalu terbuka? Asaku membuka hari, setelah sekian lama hari-hari kututup rapat tanpa celah, cahaya juga rongga. Indahmu itu terlalu naïf untuk kutepiskan dalam tiap-tiap nada yang aku lontarkan. Sastra itu, alasanmu menitipkan rasa dalam ronggaku, rongga tak bercelah bernama hati. Hati tak bernama, terkatup dalam merah muda. Ah, sastra. Alasan klasik.
Bukan mudah untuk menyemainya lagi, hariku sudah terbiasa untuk mengkerutkan kening, menahan larikan bibir untuk menyungging senyum. Aku sudah terbiasa mendapat sebutan perempuan “Jutek”, itu memang aku, meski terkadang aku harus menjadi palsu di depanmu, untuk terlihat ramah, manis, anggun, cakep, entah lagi. Kurasa anggunku sudah terbawa pergi olehnya, cinta gila itu. Namun kurasa juga, aku menemukannya lagi dalam sosokmu, yang kudapati jauh sejauh-jauhnya dari pribadi “Dia”. Agaknya anggunku datang lagi, kukira tidak akan lama.