Jumat, 08 Februari 2013

Tiga Tahun Silam

Februari 08, 2013 0 Comments

Oleh: Rezita Agnesia Siregar

Seperti terseret ke dalam mesin waktu
Aku terduduk di suatu senja tiga tahun silam
Aku dibisukan keadaan
Diam termangu meratapi senyum merekah di seberang sana
Tawa lepas tak terkendali di seberang sana
Binar mata berkaca-kaca di seberang sana
Haru biru di ambang senja

Tiga tahun silam
Siapa gerangan dua raga itu
Bahagia di peraduan
Tak ayal nyawa lain mengusik

Mentari tidur dengan malu-malu
Berarak berganti bulan
Kulihat senyumnya menyerupai lengkungan sabit
Bintang tak sudah ikut mampir
Kulihat taburan cahaya itu tak secerah raut wajahnya
Kurasakan angin ikut mengendap
Namun sautan angin tak semerdu perbincangan mereka
Seketika petir cemburu
Menghampiri dan memecah keheningan nan mesra
Gerimis tak lagi bersahabat
Hujan mengguyur hebat
Mematahkan hati merobek kedamaian jiwa

Gulita mencekam
Bagaimana mungkin Menunggu pelangi selarut ini
Aku tercengang
Apa daya
Tak ada upaya yang mampu ku tembus
Jeritku membeku
Peristiwa apa ini?

Kudapati badai menerjang keharmonisan
Gemuruh menyekat dinding di antara mereka
Mereka tersedu
Tertunduk pilu
Apa gerangan yang harus aku lakukan
Menunggu esok menjelang hingga mentari bersahabat dengan pelangi
Semoga . . .

-Medan, 29 Juli 2009-