Rabu, 21 Oktober 2015

Ada dan Tiada

Oktober 21, 2015 3 Comments
Tersenyumlah sesumringah mungkin, maka kau akan lihat semua mata melihatmu sebagai sosok paling bahagia. Padahal nyatanya tak sebahagia itu. Dan menangislah sesedih kau bisa, maka kau juga akan melihat orang-orang memandangmu sebagai makhluk paling menyedihkan di dunia, padahal tak semenyedihkan itu. Terkadang hidup seperti itu, kebahagiaan dan kesedihan tak selamanya bisa dilihat dari keseharian, karena yang tahu kita bahagia atau tidak hanyalah diri sendiri.

Atau bahkan senyum dan tawa yang ceria itu hanya tercipta untuk mendoktrin orang-orang bahwa hidup kita sebahagia itu? Mungkin iya mungkin saja tidak. Dan yang aku fikirkan, apa aku termasuk golongan orang yang aku sebutkan barusan. Terlihat bahagia untuk menyampaikan pada orang lain bahwa aku sebahagia itu. Nyatanya aku tak merasakan apa-apa. Entah, aku pun tak tahu alasannya. Aku merasa dibutuhkan, tapi tak juga ada aku di antara peredaran. 

Jumat, 16 Oktober 2015

[Resensi] Novel Amelia, Serial Anak-Anak Mamak Buku-1 Karya Tere Liye

Oktober 16, 2015 0 Comments
Menjadi Bungsu Yang Kuat, Bukan Bungsu Si Penunggu Rumah
Judul               : Amelia, Serial Anak-Anak Mamak Buku-1
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Republika
Cetakan           : I, Oktober 2013
Tebal               : vi, 392 Halaman
ISBN               : 978-602-8997-73-7
Amelia, si gadis bungsu yang kuat dan teguh hatinya. Terlahir menjadi anak bungsu, membuatnya tak terima dengan kenyataan, selalu ingin bertukar posisi dengan kakak sulungnya, Eliana. Baginya, menjadi bungsu hanyalah “korban” perintah-perintah kakaknya, selalu disuruh-suruh dan selalu menjadi “penunggu rumah”. Selain memiliki kakak sulung yang selalu ngatur-ngatur, Amelia juga memiliki dua kakak laki-laki yang tak kalah menyebalkannya dengan Eliana, saban hari meledek dan menjahili Amelia, Pukat dan Burlian namanya.
Di dalam novel Amelia, Serial Anak-Anak Mamak yang merupakan buku pertama namun terbit pada sesi terakhir ini, Tere Liye menjabarkan betapa tidak selamanya anak bungsu berperangai manja dan cengeng. Buktinya Amelia, terlahir dengan perangainya yang kuat, tidak pernah menyerah, sekalipun situasi menyadarkannya bahwa anak bungsu pada akhirnya akan tetap menjadi “penunggu rumah” dan sejauh apapun ia pergi, takdir akan membawanya kembali.

Rabu, 14 Oktober 2015

PMS, Perempuan Macam Setan

Oktober 14, 2015 4 Comments
hanya ilustrasi ^^
Mungkin bukan cuma aku di dunia ini yang ngerasa macam setan kalau lagi PMS. Maaf ya kalau ada yang gak suka disamain sama setan, hihi. Aku cuma bilangin diriku sendiri kok. Tulisan ini juga aku tulis sekalin mau minta maaf sama semua orang-orang di sekitarku yang selalu jadi korban keganasan amarahmu kalau lagi PMS, termasuk kamu.
Mungkin juga bukan cuma minggu ini aja aku ngerasa macam setan beneran, minggu-minggu lalu juga sih. Tapi rasaku, semua tergantung orang-orang di sekitarku, kalau gak ada yang buat rusuh, gak nya aku marah-marah macam setan. Karena digarainya aku makanya kayak gitu *baca logat medan :p
Pertama di rumah, PMS itu sakit loh, bawaannya mau manja, mau malas-malasan, gak mau ngapa-ngapain dan gak mau diperintah-perintah. Pokoknya kalau lagi PMS serasa dunia harus tunduk ajalah apa kataku, jangan ada yang bantah. Tapi lain hal di rumah ya, perasaan mamak lagi nasihatin, aku ngerasanya kayak dimarahin. Alhasil ngerasa dipojokin, dan mewek. Namanya cewek. Kelen sih gak ngerasain jadi cewek.

Minggu, 04 Oktober 2015

Mimpi dan Kereta Api

Oktober 04, 2015 3 Comments
“Apapapun yang aku lakukan, harus selalu aku abadikan. Karena memori otak tak selalu hebat untuk menyimpan semua kenangan.”
15 Agustus 2015. Ada banyak impianku di dunia ini, salah satunya ini. Bisa jelajah Indonesia naik kereta api bersama yang terkasih. Tapi tetap syukurilah baru bisa bolak-balik naik kereta api yang tujuannya sama, tapi jelas dengan orang yang berbeda dan rasanya beda walaupun momennya sedikit banyak sama. Tapi jelas berbeda, BEDA.
Kita sudah lama mendamba momen ini, jalan-jalan naik kereta, berbincang ringan dengan irama kereta yang klasik. Berdua saja, sekalipun mata-mata mencoba jelajah. Menelaah isi luar jendela, yang seakan berjalan sekalipun ia tetap diam. Kita masih tetap dengan perbincangan ringan, masa depan. Berharap selalu ada masa yang membawa kita duduk di jejeran kereta yang berbeda dengan orang yang sama, nanti. Suatu hari.