Kamis, 24 Oktober 2019

# BOOK

Kutipan Menarik dari Buku Hidup Minimalis ala Orang Jepang karya Fumio Sasaki

Beberapa hari ini aku sedang membaca buku dengan genre yang tidak biasa aku baca, Self Improvement. Buku ini berjudul Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang karya Fumio Sasaki. Aku membeli buku ini tanpa rekomendasi dari siapapun, awalnya aku juga tidak menahu bahwa ada konsep gaya hidup seperti ini. Tertarik membelinya saat buku ini bertengger di jajaran TOP 10 Gramedia.

Sebenarnya aku juga bukan pribadi yang terlalu konsumtif, tapi aku kerap kali membeli sesuatu karena merasa butuh padahal karena 'lucu' apalagi saat diskon. Mumpung murah fikirku, beli sekarang, besok-besok belum tentu diskon lagi. Apalagi pemikiran membeli sesuatu mungkin besok-besok butuh, atau saat mampir ke suatu tempat yang tidak selalu dikunjungi 'kapan lagi ke sini, yaudah beli''

Merujuk dari Wikipedia, Gaya Hidup Minimalis adalah hidup sederhana dengan sejumlah praktik sukarela untuk menyederhanakan hidup seseorang. Misalnya, memilih tinggal di rumah minimalis tindakan mengurangi jumlah dan jenis harta kepemilikan atau meningkatkan kemandirian.

"Memiliki barang dalam jumlah sedikit mengandung sukacita tersendiri, Itulah mengapa sudah saatnya kita berpisah dengan banyak barang yang kita punyai"

Nah, kutipan awal dalam buku Fumio Sasaki ini mengawali seluruh pesan yang ingin ia sampaikan, bahwa gaya hidup minimalis itu adalah berpisah dengan barang yang 'TIDAK DIBUTUHKAN SAAT ITU'

"Dalam hari-hari sebagai maksimalis, saya hidup dengan rasa takut akan masa depan, terus menerus mengkhawatirkan karier dan pendapat orang lain"

Kutipan ini membuatku tertegun sejenak, saat membeli baju dengan harga mahal, aku pernah bergumam 'Baju ini kelihatan sesuai gak ya dengan harganya, ntar aku gak mau ah cucinya di laundry, takut rusak, kan mahal nih.' Gara-gara baju itu, aku jadi khawatir saat memakainya. Ingatan habis oleh persepsi orang lain terhadap diri sendiri.

Padahal,

"Di mata orang lain, apa yang kita miliki sudah layak. Tapi persepsi kita sendirilah yang bisa menentukan."

Benar gak sih? padahal orang lain nganggap kita ya biasa aja. Bagus-bagus aja, tapi kita aja yang selalu merasa kurang.

"Mengapa kita punya begitu banyak barang yang bukan merupakan kebutuhan kita? Apa tujuannya? Saya rasa jawabannya cukup jelas: kita begitu ingin memperlihatkan seberapa berharga diri kita kepada orang lain. Lewat benda, kita menyampaikan kepada masyarakat bahwa kita punya nilai."

Damn! ini kutipan menohok banget. Mau disangkal bagaimana pun ya memang kenyataannya kita terlalu sering membeli sesuatu demi eksistensi, agar terlihat punya nilai. Tapi kenyataannya pun ya memang begitu, orang lain juga melihat kita dari penampilan. Serba salah kan? yang benar adalah, berhenti memberi makan persepsi orang lain.

Setiap orang berhak untuk dianggap penting dan bernilai. Karena itu adalah manusiawi.

"Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa hidup tanpa merasa bahwa kita berharga. Kita tidak bisa melakukan apa-apa tanpa sedikit narsisme. Jadi, menganggap diri sendiri penting bukanlah hal negatif. Malah sebetulnya, penting. Permasalahannya terletak pada cara kita memperlihatkan nilai itu pada orang lain."

Nah, nilai diri seseorang yang sebenarnya sering kali sulit dilihat kecuali kita benar-benar menghabiskan waktu dengan orang itu. Pernah gak baru jumpa seseorang tapi terlihat sangat sombong? padahal itu persepsi kita saja, setelah berteman lama rasanya kok tak seperti sangkaan kita.

Perihal kepemilikan barang, bagaimana cara melihat bahwa barang tersebut benar-benar kita butuhkan? karena rasanya setiap membeli sesuatu, kita merasa butuh semua barang itu.

"Barang yang benar-benar memuaskan pemiliknya adalah barang yang membuat kita rela menggantinya jika rusak atau hilang."

Contohnya tumblr, bagi sebagian orang benda itu hanyalah 'kapan butuh saja' tapi kalau seseorang merasa tumblr bagian dari hidupnya, maka benda itu akan ia beli lagi ketika hilang atau rusak.

Ada kutipan manis nih dari Fumio Sasaki tentang kepemilikan sementara, karena memang semua hal yang kita punya hanya titipan dan kita beruntung menjadi orang yang dititipkan Tuhan barang tersebut.

"Memandang barang-barang yang kita beli sebagai kepemilikan sementara akan menjaga kita tetap rendah hati dan mampu menghargai apa yang kita miliki."

Sebenarnya banyak sekali kutipan menarik, beberapa kutipan di atas masih setengah dari buku. Bagiku buku ini berpengaruh, tapi ada beberapa pemikiran yang tak juga sependapat denganku, ya namanya hidup belum tentu semua sepaham.

Oh ya, hal kecil yang terjadi di diriku setelah baca buku ini adalah aku bisa keluar dari Miniso tanpa membeli apa-apa wkwk. Karena biasanya pasti ada saja yang dibeli, entah tas keluaran terbaru, perintilan alat kantor yang dibeli karena lucu.

Kalau kalian ada niat untuk merubah gaya hidup maksimalis menjadi minimalis, buku ini rekomen banget. Tapi semua butuh proses, berat banget rasanya gak beli sesuatu yang diskon dan dapat cashback, ampun tolong hamba.

Semoga membantu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar