Jumat, 09 Agustus 2013

# TRAVEL

(Penutupan) Hari-10; Sepuluh Hari Mencari Berkah di Kampung Ramadhan

Dan inilah hari yang tak diinginkan namun sangat ditunggu-tunggu. 24 Juli 2013, hari dimana aku, Tari dan Dani harus pulang kembali ke Medan dan meninggalkan rutinitas selama di Desa Sukadame.
Pagi sekali usai tidur sebentar lepas shubuh, kami harus membereskan barang-barang kami. Karena pagi itu juga kami akan pergi menuju masjid Nursyakirin untuk mengikuti acara penutupan Safari Ramadhan yang diadakan Ad-Dakwah Sumut. Setelah selesai beres-beres termasuk terlebih dahulu membersekan kamar yang akan kami tinggalkan dan juga membersihkan rumah Karo yang selama sepuluh hari ini menjad itempat kami bernaung.

Setelah semua beres, kami menunggu kedatangan Pak Rustam yang merupakan ketua BKM Masjis Al-Ikhlas Sukadame. Dengan menaiki mobil miliknya kami akan diantarkan menuju masjid Nursyakirin. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Pak Rustam pun datang. Tak lupa kami berpamitan dengan Karo, Mak Kesha dan Mak Jimmi (tetangga sebelah rumah).
Tak bisa membendung rasa haru melepas perpisahan ini, rasanya ingin berlam-lama di desa ini, namun apa daya itu tidak mungkin. Kami masih harus melanjutkan aktifitas kami di Medan, berkumpul dengan keluarga di Medan. Ah, pokoknya rasanya tak terbendung lagi. Setelah berpamitan kami langsung beranjak dengan hati yang pilu, bersam oleh-oleh yang kami genggam setidaknya kami membawa banyak cerita yang akan kami ceritakan pada dunia, termasuk tulisanku ini, inilah tanda terimakasihku, menceritakan pada dunia bahwa kami menemukan keluarga baru di pelosok desa Sukadame.
Setelah melangkah beberapa menit, kami menyinggahi rumah Mak Nunun dan pastinya tidak lupa untuk berpamitan serta memohon maaf atas segala kesalahan dan tentunya banyak terimakasih pada keluarga yang sangat baik ini. Dan inilah yang paling mengharukan, ketika si Nunun marah dan tak ingin berpamitan dengan kami, ia sangat marah atas kepergian kami, ia menangis dan tak ingin melihat kami pergi. Dengan seragam TK yang ia kenakan ia mencurahkan tangisnya di bahu ayahnya yang tengah menggendognya, berbeda dengan Hamzah yang tertawa riang. Hamzah akan ikut mengantarkan kami ke Masjid Nursyakirin, Hamzah mengira bahwa ia akan ikut ke Medan bersama kami. Lucu sekali.
Setibanya di Masjid Nursyakirin, acara dimulai dengan berkumpulnya semua tim dari semua desa yang telah ditetapkan. Memberikan laporan singkat tentang keadaan di desa yang kami singgahi dan itu diwakilkan oleh teman kami Zuhri Nasuha Lubis. Dipenutupan acara, digelar pemberian kurma sebagai tanda terimakasih Ad-Dakwah kepada tim Safari Ramadhan 2013 yang diwakilkan oleh Faizurrahman.
Setelah itu, barulah perpisahan yang menyedihkan sama si Hamzah, ia tidak ingin pulang. Namun ketika dibujuk berkali-kali barulah ia berbesar hati melepas kepergian kami. Usai penutupan tersebut, tim safari ramadhan bergegas untuk menggelar kembali perpisahan di Sungai Sembahe, namun aku Tari dan Dani sepakat untuk tidak ikut lagi, karena sudah tidak sabar untuk kembali ke Medan, dan juga masih banyak kegiatan yang akan dilakukan selepas kami pulang. Seperti si Dani, ia masih harus mengisi ceramah di masjid tempat dia tinggal *katanya.
Hingga akhirnya kami pulang dengan menaiki angkutan umum menuju Medan dengan menaiki angkutan umum 103. Rasa lelah tak lepas dari wajah kami, namun terlihat sumringah karena sebentar lagi akan bertemu keluarga tercinta. Banyak berkah yang kami dapatkan. Seperti aku, yang biasanya jarang sekali ke dapur untuk masak, atau bahkan tidak pernah memikirkan akan makan apa hari ini, di rumah Karo itu aku tidak bisa seperti itu lagi, kami harus memikirkan dapur, apa yang akan dimasak dan apa yang akan dimakan, enak atau tidak dan suka atau tidak. Semua itu benar-benar harus dipikirkan. Menjadi guru lepas bagi adik-adik di desa Sukadame itu susah-susah gampang, terlebih harus menunjukkan sikap yang baik agar mereka mau menuruti apa yang kita perintahkan, karena jika tidak maka mereka akan merasa asing dan akhirnya tidak mau belajar. Datang paling awal ke maasjid untuk mengumandangkan azan, nah biasanya selalu menunggu azan baru sholat namun ketika di sana tidak akan ada azan zuhur dan ashar jika kami tidak datang untuk mengumandangkannya karena warga sibuk berladang, hanya sesekali saja mereka datang untuk sholat berjamaah di masjid jika sedang libur. Ceramah di depan jama’ah sholat tarawih, kapan lagi aku akan mulai ceramah di depan banyak orang kalau bukan sekarang, kapan lagi belajarnya kalau bukan sekarang. Belajar berladang di atas bukit, sehari mendaki saja seperti mendaki seribu tahun lelahnya, dan hal itu dilakukan warga setiap hari, salut sekali.
Dan yang paling aku ingat adalah ketika memandikan dua adik kecilku itu, Nunun dan Hamzah. Bakal rindu sekali sama mereka berdua. Terimakasih Ad-Dakwah yang berkenan memberikan kesempatan pada kami untuk belajar peduli pada sesama, terimakasih tak terhingga untuk Pak Drs. H. Almihan SH, MH beserta Ummi, terimakasih untuk Kak Faiz Isfahani SHi, juga untuk Kak Siti Nur Jannah Tambunan (Pemimpin Umum Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika IAIN SU) dan terimakasih pada semua tim Safari Ramadhan yang juga ikhlas berpastisipasi, hanya berkah dan ridho Allah yang kita harapkan. Aamiin. Semoga bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan dan dengan berkah yang lebih indah lagi.

Tertanda Tim Safari Ramadhan Desa Sukadame:
Rezita Agnesia Siregar
Mentari Maya Angela Br. Gultom
Ramadhani 

1 komentar:

  1. Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)

    BalasHapus