Jumat, 02 Agustus 2013

# TRAVEL

Hari-6; Sepuluh Hari Mencari Berkah di Kampung Ramadhan

Memasuki hari ke-6 di 20 Juli 2013 ini banyak berkah yang sudah aku dapatkan, terlebih berkah bertemu teman-teman seperti Tari dan Dani. Meski aku dan Tari sudah empat semester bersama-sama, namun kali inilah kami melewati kegiatan bersama-sama sepuluh hari full, dan berteman baik dengan Dani, calon ustadz masa depan (*ceillaa). Pokoknya kami tim safari yang paling kompak deh.
Siang ini usai menyelesaikan semua kewajiban di rumah, kami berniat mengunjungi tim safari ramadhan yang ada di Sembahe, terlebih ingin merasakan mandi air dingin di Sembahe (maklumlah, belum pernah ke Sembahe). Kami berangkat sekitar pukul 10.00 WIB, kebayang deh ya panasnya pool, sudah lumayan lama menunggu angkutan umum di depan rumah yang memang lewatnya sesekali saja, jadi teringat angkutan umum di rumahku, karena di rumahku juga begitu, maklumlah rumahku juga di pedesaan, tapi sudah modern. Angkutan umumnya saja yang belum modern, dari dulu sampai sekarang hanya memiliki satu jenis angkutan umum, nunggunya harus ekstra sabar. Sama seperti di desa Sukadame ini, malah kami niat naik becak saja, tapi tak kunjung muncul juga tukang becak. Setelah lama menunggu, akhirnya datanglah seorang pria parubaya, mau apa dia?
Ternyata beliau adalah ketua BKM Masjid Al-Ikhlas. Ketua? Kok tidak pernah kelihatan di masjid untuk sholat tarawih. *huuushhh. Akhirnya bapak berkumis yang punya nama Rustam ini bersedia memberikan kami tumpangan sampai ke Pajak, meski kemudian harus menyambung angkutan lagi bila ingin sampai ke Sembahe. Tidak mengapa, yang penting sudah keluar dari desa tersebut itu pun sudah Alhamdulillah.
Setelah bermabuk-mabukan di dalam angkutan umum, karena melewati jalanan yang berkelok, panas terik. Huaaa. Akhirnya sampai juga di Sembahe, cuaca panas terik, tapi anginnya gigil menggigit kulit, dingin bbbrrrr. Kemudian bertemu dengan adikku Ipuurrr (aku biasa memanggilnya dengan nada panjang begitu, hehe) alias Indah Purna Sari, juga Asep yang merupakan nama panggilan unik dari dari Faizurrahman. Mereka adalah tim safari ramadhan di Desa Sukadame. Kebayang deh kalau malam dinginnya bagaimana, di Sukadame saja dinginnya ampun, apalagi Sukadame.
Belum lama berendam di dalam air dingin tersebut, kami kedatangan tamu dari tim safari lainnya yang juga berkunjung ke Sembahe. Senangnya bersilaturrahmi. Bertemu dengan pemimpin redaksi Dinamika yaitu kak Lulu, ust Mursal dan teman-teman lainnya.
@Sungai Sembahe
Hingga akhirnya terjadi peristiwa mengenaskan. Apa itu? Yah, namanya juga masih maruk main-main di sungai, apalagi kalau bukan hampir tenggelam. Hampir loh, bukan tenggelam. Gara-gara selalu ingin tahu, coba-coba menelusuri arus yang lumayan deras dan sepertinya asyik untuk disinggahi. Dan akhirnya, si Tari hampir tenggelam, bukan aku loh. Aku kan tinggi (sombong boleh ya) jadi masih bisalah menahan diri untuk tidak tenggelam, lagian kan aku bisa berenang (sombong lagi), sombong itu asyik ya *eehhh. Tapi untungnya Allah masih menolong kita (rakyat Indonesia memang selalu untung). Yah, malangnya air memasuki hidungnya hingga ia tersedak, mungkin karena terlalu panik ketika menyadari kakinya tidak menginjak bebatuan yang ada di dasar sungai, hingga akhirnya kepala tak terlihat dan kelelep. Aku berusaha menolongnya dengan mengangkat badan ke atas air (hebat dong ya, aku kuat kan haha) dan Dani masih saja mengira kalau Tari hanya bercanda, padahal tangan Tari sudah terlihat melambai-lambai dari dasar sungai tapi Alhamdulillah baik-baik saja. 
Selesai mandi-mandi, keluarlah statement langganan: Mutihkan kulit lama banget ya, menghitamkannya semenitnya saja. Itu juga karena cuaca yang memang terik banget, sebagai seorang wanita wajar banget kalau takut hitam. Meski sebenarnya kulit bukan prioritas utama untuk masuk surga. Dan akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke desa kami masing-masing.

Apa yang terjadi setibanya di rumah? Tepar badai. Rasanya tulang patah semua, kepala mulai pusing dan badan mulai meriang. Dan akhirnya si Tari mengurungkan niat untuk ceramah nanti malam, haha. Kelelahan itu bisa menimbulkan efek tidak mood juga loh. Apalagi kalau hati yang sedang lelah, *Lohh. Dan akhirnya tarawih berjalan tanpa adanya ceramah. (Pak buk maklum ya, teman saya sedang kelelahan. Bukan karena kami malas.) 

Bersambung…>>>



Tidak ada komentar:

Posting Komentar