Sabtu, 03 Agustus 2013

# TRAVEL

Hari-7; Sepuluh Hari Mencari Berkah di Kampung Ramadhan

Tidak sahur bukanlah alasan untuk tidak melaksanakan puasa, ‘kan? Terlebih tidak pernah ada satu manusia pun di muka bumi ini yang meninggal dunia karena puasa atau bahkan karena tidak sahur. Puasa itu merupakan obat penyembuh bagi orang-orang yang sakit, itu semua karena titik kesehatan manusia sebagian besar ada di bagian perut, jika perut dipuasakan maka insya Allah segala bentuk penyakit yang kita derita pasti akan sembuh.
Banyak faktor yang menyebabkan kita kesiangan sahur, seperti aku, Tari dan Dani, karena bergadang semalam, ditambah suasana malam yang super dingin, Allah memberikan kami kenikmatan tidur yang luar biasa nyenyaknya. Bahkan gonggongan anjing tetangga yang begitu garangnya saja serasa sangat merdu di telinga hingga terdengar seperti nyanyian nina bobok.  Atau bahkan alarm yang sudah dipasang tepat pukul 04.30 WIB pun tak terdengar lagi, padahal kami bertiga sama-sama memasang alarm, sungguh tidur yang menyenangkan. Berhubung Karo memang tidak puasa, makanya beliau juga tidak terbangun. Jadi, semalam apa tujuannya bergadang?
Itulah, selama tujuh hari melakukan aktifitas bersama-sama kami merasa sudah seperti satu keluarga. Sudah tidak ada rasa canggung lagi. Terlebih Dani, pria yang mengaku hitam manis ini, merasa bahwa aku dan Tari merupakan teman baru yang klop sebagai tempat curhat. Dan tugas seorang teman adalah menjadi pendengar yang baik. Maka dari itu, telinga tak henti mendengarkan calon ustadz masa depan ini curhat panjang lebar tentang kisah cintanya di masa lalu. Wah, aku takjub banget sama kisah cinta si Dani, keren banget kalau dibuat cerpen, apalagi novel, itu sih yang terbesit di telingaku ketika mendengar si Dani curhat. Tapi si Dani ini terlalu maniak curhat :P hingga akhirnya kami lupa kalau waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB.
Sebenarnya bukan masalah sih bagi aku tidur pukul larut malam, toh semasa di Medan, aku tidak pernah tidur cepat, bahkan aku pernah tidak tidur. Tapi tidak tidur bukan karena dengarkan curhat, tapi menyalurkan hobiku, menulis. Tapi kalau di Medan, pasti ada Mama yang akan bangunkan aku sahur, lah kalau di desa ini, siapa yang mau bangunin, yang mengumandangkan sahur di masjid saja tidak ada. Jadi ya harus pintar-pintar atur jadwal tidur.
Akhirnya fajar pun menyingsing, malam pergi bergantikan pagi. Di hari ke-7 perjalanan kami di Sukadame ini, aku dan Tari diajak oleh ibu-ibu perwiridan untuk mengikuti zikir akbar di masjid yang baru saja melakuan pembangunan di daerah yang jauhnya sampai ke Hamparan Perak, kalau Dani ikut pasti dia sudah pulang ke rumahnya, karena rumahnya di daerah Hamparan Perak, kebayang deh jauhnya bagaimana, dari Sukadame Pancur Batu hingga Hamparan Perak. Wah, terik yang begitu begisnya hampir saja membakar kulitku. Belum lagi, tidak ada satupun dari kami yang tahu persisi di mana letak masjidnya, kami hanya mengandalkan alamat yang tertera di atas kertas. Hingga akhirnya di bawah terik matahari kami masih harus meraba jalan dan bertanya-tanya pada warga sekitar. Tapi untungnya di bulan Ramadhan ini, berpanas-panasan di saat puasa merupakan ujian terhebat, jika mampu melaluinya maka pantaslah dinyatakan pemenang. Sekita pukul 10.00 WIB aku dan ibu-ibu perwiridan menyusuri jalanan berkrikil, membelah angin dengan sepeda motor, tanpa helm.
Zikir akbar ini dihadiri oleh H.R. Muhammad Syafi’I, S.H, M.Hum atau yang biasa dipanggil Romo. Beliau merupakan caleg DPR-RI Partai Gerindra dapil Sumut-1 Medan, Deli Serdang, Sergei, Tebing Tinggi.
Caleg DPR-RI Partai Gerindra dapil Sumut-1 Medan
Dan juga ibu camat yang aku tidak sempat menanyakan namanya. Acara ini memiliki acara iti yaitu membagikan sembako dan sedekah kepada anak yatim dan jompo.  Pak Romo juga sempat memberikan tausyiah yang isi tausyiahnya menyampaikan bahwa akan banyak manusia yang berpuasa hanya mendapatkan lapar dan haus hanya karena tidak bisa menahan diri dari nafsu dan emosi.
Ceramah oleh Romo
Acara ini berjalan sangat haru ketika pembagian sembako oleh ibu camat dan Pak Romo, terlihat ibu camat meneteskan air mata karena haru. Aku tahu, ibu camat pasti haru karena menganggap bahwa orangtua sangatlah mulia, hingga miris sekali bila harus menghabiskan waktu dengan bersusah-susah. Seharusnya di hari tua orangtua kita sudah bisa bersantai-santai, kan orangtua kita punya anak yang harusnya merawat dan melindungi hari tua orangtua kita.
Ibu Camat harus saat membagikan sedekah pada jompo
Acara selesai sebelum zhuhur berkumandang. Kami kembali melakukan perjalanan. Dan apa yang terjadi? Kami tersesat jauh sekali, karena salah memilih tikungan, lagi-lagi Allah memberikan ujian yang luar biasa untuk tidak mengumpat saat puasa, yang pasti Allah tidak akan memberikan cobaan yang lebih dari kemampuan umatnya, setelah jauh tersesat Mak Haris menyadari bahwa ketika pergi tadi kami tidak melewati jalan yang tengah kami tempuh ini. Hingga akhirnya kami harus berbalik arah lagi untuk kembali ke tikungan semula.
Alhamdulillah, setibanya di daerah Pancur Batu kami singgah ke pajak untuk membeli keperluan berbuka puasa. Kali ini Mak Kesha berbaik hati untuk membelanjakan semua bekal berbuka puasa kami, kami dibelikan ikan, dan buah jeruk. Berkah syukur sangat terasa di sini. Allah pun sangat menjanjikan bahwa umat yang berpuasa tidak akan pernah Allah biarkan kelaparan, maka pasti akan ada saja rezeki yang Allah berikan pada umatnya yang menjalankan puasa karena Allah.
Belanja ke Pajak
Setelah itu, kami diajak oleh Mak Haris untuk menemaninya belanja ke mini market. Dan dapat rezeki lagi, kami dibelikan roti untuk cemilan berbuka puasa, Alhamdulillah. Kami bersyukur sekali bisa bertemu dengan warga yang sangat peduli pada kami. Meski di desa ini merupakan mayoritas non-muslim, namun minoritas muslimnya masih menjaga silaturrahim dengan baik, semoga berkelanjutan, aamiin.
Setelah berbuka puasa dengan menu special masakan anak gadis fakultas syariah IAIN SU, kami kembali bergegas pergi ke masjid. Sekarang gilirannya Tari untuk ceramah, karena ini juga merupaka kali pertama Tari ceramah di depan umum, dia tak kuasa menahan gugupnya, dan tugas kami sebagai teman sejawat tentunya harus terus mendukungnya untuk berani tampil di depan umum. Tiba-tiba listrik padam, hingga kami harus mendengarkan ceramah hanya diterangi lampu duduk saja, namun itu juga tidak mengurungkan niat Tari untuk berdakwah. Dalam ceramahnya Tari menyampaikan hal-hal yang bisa mengurangi pahala puasa, meski sempat tersendat karena gugup, namun akhirnya Tari tetap bisa melewatinya dengan baik, selamat Tari.
Usai mendengarkan ceramah dari dara manis keturunan batak Toba boru gultom ini, lanjutlah kami melaksanakan sholat tarawih berjama’ah yang diimami oleh Dani.

Bersambung…>>>

1 komentar:

  1. Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)

    BalasHapus