Senin, 08 Agustus 2016

# PERSONAL

Dilarang Buang Sampah di Sini, Kecuali BINATANG!

Dilarang Buang Sampah di Sini, Kecuali BINATANG!
Dilarang Buang Sampah di Sini, Kecuali BINATANG! Begitulah tulisan larangan yang terpampang jelas di atas tumpukan sampah. Meski diletakkan ribuan larangan di atas tumpukan sampah tersebut, tetap saja masyarakat akan membuang sampai di tempat itu lagi, dan ketika sudah banjir, barulah berkicau menyalahkan pemerintah. Rasa-rasanya masyarakat Indonesia ini tidak begitu bodoh untuk membaca tulisan larangan, namun mengapa masih saja bebal tidak mengindahkan larangan tersebut?

Pun jika ditanyakan perihal alasan para warga membuang sampah sampah bukan pada tempatnya tersebut, ada saja alasan yang sangat sulit diartikan. Tidak ada lahan pembuangan sampah yang lain lah, tinggal di pemukiman komplek lah, dan banyak lagi. Padahal solusinya mudah saja, membakarnya. Tapi lagi-lagi alternatif tersebut dibantah dengan alasan yang klasik sekali. Tidak sempatlah, sibuk ngurusin kerjaan lah, padahal banyak sekali keuntungan bila kita mau membakar sampah yang kita miliki, selain bisa menjadikan tanah sisa pembakaran tersebut menjadi tanah bakar untuk tanaman, membakar sampah juga membantu negeri kita dari penumpukan sampah di pusat pembuangan sampah. Tapi sepertinya, masyarakat kita masih minim kesadaran.
Membaca dengan seksama kalimat larangan tersebut, agaknya menyindir para pembuang sampah yang diartikan sama halnya seperti Binatang, karena larangan keras tersebut dinyatakan untuk manusia, terkecuali untuk binatang, dan jika masih saja ada manusia yang membuang sampah di tempat tersebut, berarti sama saja manusia itu dengan binatang, yang tidak mampu membaca aturan dan tidak berakal untuk memahaminya.
Bahkan di tempat lain, ada juga larangan keras yang menyatakan langsung nama jenis binatangnya, sepertinya yang menulis larangan tersebut sudah benar-benar kesal hingga ke ubun-ubun, mungkin jika tertangkap basah siapa pelaku pembuang sampah sembarangan tersebut, maka habislah ia layaknya pencabret yang dipukuli masa. Membuang sampah sembarangan tersebut jelas akan merugikan warga yang tinggal di daerah tersebut, bagaimana tidak, warga akan merasakan bagaimana "harumnya" tumpukan sampah yang dihinggapi ratusan lalat, dan warga sekitar jugalah yang akan merasakan penyakitnya nanti, sedangkan si pelaku? Merasa bangga dengan ulah negatifnya itu, miris sekali.
Pembuangan sampah liar bukan hanya terjadi di pinggir jalan saja, namun juga di sungai. Sungai yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar, di situ tempat mandi, di situ tempat mencuci baju, piring dan tempat bermain anak-anak dan di situ pulalah warga lain membuang sampah. Rasa-rasanya pantas sekali jika si pembuang sampah tersebut disamakan dengan binatang, karena ia tidak punya hati nurani untuk tega membiarkan warga lain mandi dengan air yang mereka tumpuki sampah. Dan tulisan larangan itu, sudah seperti angin lalu, bagai anjing menggonggong kafila berlalu.
Padahal si pembuang sampah tersebut tahu, kalau membuang sampah bukan pada tempatnya akan mengakibatkan kebanjiran, namun masih saja dilakukan. Slogan-slogan tentang larangan tersebut agaknya sudah mereka ajarkan pada anak mereka sendiri, tapi malah yang mengajarkan itu yang melakukan, bagaimana generasi kita bisa mencontoh perbuatan yang baik kalau perbuatan baiknya saja sudah dilanggar oleh orang yang seharusnya menjadi pembimbingnya.
Jika sudah banjir, maka sibuk menghujat pemerintah dan mengatakan bahwa pemerintah tidak becus menjaga kenyamanan warga, dan dampak lainnya juga berimbas pada mereka yang patuh pada peraturan, gara-gara sampah setumpuk, banjir se-ibukota. Seharusnya kita malu pada diri kita sendiri, malu pada generasi penerus kita dan MALU pada tulisan larangan yang terpampang di atas tumpukan sampah itu, banggakah kita dikatakan Binatang?

3 komentar:

  1. menurut pelajaran biologi, kategori makhluk hidup cuma ada dua kak, hewanatau tumbuhan. jadi wajarlah kalau manusia ada yg ngerasa sebagai itu, hahaha
    di daerah rumah iyah sepanjang sungai buatan asli tumpukan sampah berjejer panjaaaaang udah banyak peringatan tapi ya itulah kek kakak bilang, malas orang ini mengurus sampahnya sendiri.

    BalasHapus
  2. Perkara sampah keliatannya sepele ya, tapi kalo udah numpuk dan menggunung bisa bikin masalah baru. Ntah kenapa kok susyaaaah kali ngajarin orang untuk ngga buang sampah sembarangan yak :(.

    mollyta(dot)com

    BalasHapus