Judul : Eliana, Serial Anak-Anak Mamak
Buku-4
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Republika
Cetakan : II, Agustus 2011
Tebal : iv, 520 Halaman
ISBN : 978-602-8987-04-2
Eliana,
gadis sulung dari empat bersaudara. Memiliki dua adik laki-laki bernama Pukat
dan Burlian serta satu adik perempuan yang lucu bernama Amelia. Gadis kecil
kelas enam Sekolah Dasar ini sedari awal tidak tahu apa nama cita-citanya, yang
pasti gadis kecil Si Pemberani ini selalu ingin bercita-cita menjadi pembela
kebenaran, memihak pada mereka yang tertindas dan menolong mereka yang lemah. Entah
apapun nama profesinya kelak, Eliana ingin menjadi Pembela semua orang yang
membutuhkan bantuan dan yang teraniaya.
Seperti
yang saya katakan, Eliana adalah gadis kecil yang tidak pernah takut akan hal
apapun. Termasuk membentak dan memarahi pejabat tinggi. Seperti ketika Bapak
dan tetua kampung menghadiri pertemuan di kota kabupaten tentang akan datang orang-orang
kota yang akan mengeduk pasir di sungai mereka, dan ketika pejabat tinggi itu
mengina Bapak karena suatu hal, Eliana tak kuasa menahan amarah, Eliana tidak
akan pernah rela jika Bapaknya dihina hanya karena miskin (Kau Anak Pemberan-1,
h. 1). Sedari awal, Eliana tidak pernah suka dengan siapapun orang kota yang datang
ke kampung untuk urusan merusak hutan. Menebang pohon-pohon, mengeduk pasir
hingga kandas, semua itu merusak populasi ikan di sungai, semua itu
mengakibatkan ikan tidak betah lagi berada di kampung mereka, merusak ladang warga,
musnah semua.
Keberanian membentak pejabat tinggi
hanya satu dari keberanian-keberanian Eliana lainnya. di dalam Novel Eliana,
Serial Anak-Anak Mamak Buku-4 ini, Tere Liye menceritakan dengan detail bagaimana orang-orang di kampung
sangat benci dengan kedatangan orang-orang kota yang rakus. Tere Liye
menggambarkan layaknya ini adalah kisah nyata baginya, lihai sekali ia
mengaduk-aduk perasaan pembaca. Seperti merasakan sendiri bahwa kampung kitalah
yang tengah di rampas oleh orang kota.
Bersama gengnya “Empat Buntal”
Eliana memiliki banyak rencana untuk mengusir truk-truk besar yang datang untuk
mengambil pasir di sungai mereka. Empat Buntal? Kalian tahu apa itu Buntal? Buntal
adalah ikan berbadan bulat seperti balon serta duri di sekujur badannya, selalu
siap menyergap dengan duri-duri ganasnya siapapun yang hendak mengusik
ketenangannya. Eliana, Hima, Damdan dan Marhotap. (Empat Buntal h.235) hei,
kalian pasti pernah mendengar kan
bahwa musuh bebuyut bisa saja menjadi sahabat baik, juga sebaliknya. Eliana dan
Marhotap awalnya juga musuh bebuyutan, saling membenci karena salah paham. Sama
kasusnya dengan Mamak dan Bapak Eliana yang sebelum menikah juga sangat saling
membenci, juga karena salah paham dan hal sepele. Aduhai, kenapa pula sekarang
Eliana dan Marhotap menjadi sahabat karib. Atau sudah tumbuh rasa-rasa itu? “Mirip
dengan waktu Bapak dulu yang menuduh Mamak mencuri bungkusan baju kurung di
gerbong kereta, kan? Nah, jangan-jangan suatu hari nanti Kak
Eli dan Kak Hotap sama dengan Bapak dan Mamak. Sekarang benci-bencian, akhirnya
ternyata nikah.” (h. 197) Prasangka Amelia ternyata tidak sesuai dengan takdir.
Saya juga awalnya berprasanga
begitu, sudah senang sekali membaca episode itu bahwa mereka membentuk geng
bernama Empat Buntal yang terus bersikukuh dan menyiapkan banyak rencana untuk
mengusir orang-orang kota rakus itu. Tapi ternyata Marhotab, sahabat baru
Eliana itu, yang dulu bersumpah akan mengalahkan posisinya menjadi juara kelas
itu hilang entah kemana, tidak tahu kemana pergi, sejak Hotap memberanikan diri
pergi sendiri untuk menyerang para pekerja pengeduk pasir, marhotap pergi (Marhotap
Pergi h. 249)
Nah,
sudah saya katakan. Tere Liye itu lihai sekali memporak-porandakan perasaan
pembaca, membuat pembaca penasaran dan ber-yaaaa
setengah mati. Kenapa pula Tere Liye menghilangkan tokoh Marhotap, sedih sekali
membaca episode itu, termasuk Eliana, orang yang paling sedih ketika Hotap
hilang. Bagaimanlah dengan “Empat Buntal”?
Jangan salah, “Empat Buntal” tetap
kokoh meski tanpa Hotap. Sekarang ada Anton yang sejak Pak Bin (guru kesayangan
semua murid sekolahan) menggabungkan mereka dalam satu tim untuk pameran di
Kota Provinsi, mereka kembali membentuk Empat Buntal agar semakin kokoh. Bahkan
lebih solid dari kemarin.
Berbagai strategi telah dipasang. Saya
pikir, cerita Eliana ini terus berkutat di masalah perlindungan hutan,
mempertahankan warisan leluhur. Ya, dari hal itulah Eliana selalu terlihat
pemberani. Namun begitu, cerita Eliana ini memiliki banyak pelajaran untuk
seluruh rakyat di dunia, bahwa untuk menjaga kelestarian hutan merupakan tugas
kita bersama, bukan hanya tugas orang-orang kampung yang tinggal di sekitarnya.
Kisah Eliana di dalam novel ini,
agaknya membuka mata kita bahwa anak perempuan kecil seperti Eliana saja mampu
berpikir dewasa untuk melindungi warisan leluhur. Bukan sekedar memikirkan
materi dunia, dengan mengambil habis warisan alam. Anak perempuan pemberani
seperti Eliana ini patut sekali perangainya ditiru. Meski diawal sangat geram
menjadi anak sulung karena selalu menjadi bodyguard
dan alarm bangun pagi untuk
adik-adiknya. Eliana mulai berpikir dewasa setelah peristiwa tragis kabur dari
rumah membuatnya sadar bahwa untuk menjadi anak Sulung memiliki tanggung jawab
yang besar, dan harus menjaga kepercayaan Mamak dan Bapaknya. (Kasih Sayang
Mamak-7 h. 375) hei, kalian harus tahu satu hal, saya menangis terisak ketika
tiba di episode Kasih Sayang Mamak-7 ini.
Banyak sekali peristiwa-peristiwa
mencengangkan di akhir-akhir cerita buku ini. Kalau kita terkadang bisa
histeris menonton film aksi atau film horor. Saya pastikan bahwa episode Malam
Pembuktian-2 h. 495 di dalam novel dengan tebal 520 halaman ini akan membuat
kalian histeris dan deg-degan bukan kepalang, tidak bisa berhenti membaca
setiap lembar demi lembar untuk menemukan ending ceritanya. Jika kalian selesai
membaca cerita Eliana, maka kalian akan tahu filosofi dari gambar di cover novel ini. Ikan Buntal, Bunga
Bangkai Raksasa, Hujan, Truk-Truk berhamburan, Bandang.
Kalian juga harus tahu, Eliana demi
membuktikan bahwa anak perempuan tidak patut diremehkan, ia pernah melakukan
hal yang sangat tidak boleh dilakukan oleh anak perempuan, mengumandangkan azan
di masjid. Ya, Eliana Si Pemberani ini, hingga cita-citanya menjadi pembela
kebenaran terwujud, ia akan tetap membuktikan bahwa anak perempuan tidak boleh
diremehkan. Kalian ingin tahu apa profesi Eliana setelah ia dewasa? Ingin tahu
kemana perginya Marhotap? Kalian harus baca bukunya langsung, temukan
sensaninya.
Peresensi: Rezita Agnesia Siregar,
Mahasiswa Jurusan Hukum Perdata Keluarga di IAIN Sumatera Utara
Karena gonta-ganti template. Semua komentar di post ini hilang. Silahkan tinggalkan komentar ya ^^ Terimakasih untuk komentar anda di postingan ini :)
BalasHapus