Kamis, 09 Januari 2014

Cinta Pertama itu Relatif

Berbicara soal cinta pertama, semua muda-mudi pasti akan flashback ke masa lalu, tentang rasa-rasa yang pertama kali menggebu-gebu, tentang pertama kali hati tak kuasa berhenti bergetar, tentang senyum yang tak kuasa berhenti kala beradu tatap di depan cermin. Ah, cinta pertama itu memang indah sekali, seperti aku yang juga punya cinta pertama, kurasa wajar saja jikalau setiap insan punya cinta, namun permasalahannya ada yang bisa menahan dan ada yang tidak bisa menahan untuk mengungkapkannya.
Kali pertama rasa gila itu menyengatku, ketika darahku mengalir seerr seperti terjebak di lingkarang Roller Coaster, kala usiaku masih 14 tahun, yang tengah duduk di kelas tiga SMP, ibuku bilang itu hanya “Cinta monyet yang labil” tapi rasa inilah yang tak mampu aku tepis, rasa yang juga entah sebab apa aku mampu menjatuhkan hati pada pria bercelana abu-abu itu.

Kalau boleh kusebut, pria itu hanya seorang devil yang telah berani nyinggah di ruang merah mudaku, hanya dengan sekali tatap yang tajam, sesekali membuatku ilfeel, namun tatapan itu membuatku rindu, saban hari serasa ada yang hilang jika tak menatap matanya. Begitulah, bagaimanapun bentuknya, devil itu tetaplah jahat, namun tetap bisa memikat.

Tapi aku tidak paham makna cinta pertama yang sebenarnya itu seperti apa, devil itu mampu membuatku jatuh hati pertama kali dan sekarang masa-masa itu sudah hilang dan tak berasa istimewa lagi, tidak seperti degup di dalam lingkarang Roller Coaster dulu. Itukah cinta pertama? Dan yang masih berdegup hanya cintaku pada yang menciptakanku, itu pun mungkin karena rasa syukurku pada-Nya, itu juga kurasakan kali pertama sejak aku mengenal tuhan, hingga sekarang. Apakah itu juga cinta pertama? Tidak bisa dipastikan bukan? Maka dari itulah aku mengatakan cinta pertama itu relatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar