Minggu, 02 Desember 2012

Senyumanmu


Senyumanmu J
Dalam sunyi yang disekat dalam ruangan bersegi empat berwarna ungu, aku berkutat dengan layar komputerku, beradu tenaga dengan keyboard yang kini tengah kujajahi, terkiang sejarik lirik yang membuatku termangu, membuatku terhenti menjajahi sang keyboard, aku diam keyboard pun manyun, lirik itu jelas menusuk organ kepala terdalamku, “~Senyumanmu masih jelas terkenang hadir selalu, seakan tak mau hilang dariku”. Yah, senyuman itu, senyuman yang untuk kedua kalinya aku dapatkan, senyum ini berbeda dari senyum yang pertama, senyum ini lebih mewah, lebih lepas layaknya burung yang terbang hilang kendali tanpa sayap, hampir jatuh dan bahkan telah jatuh, benar, senyum itu telah jatuh mengenai kornea mataku, menyerang otakku bertubi-tubi, hingga aku tidak bisa berhenti membayangkan senyum itu. Senyum yang lebih manis dari rasa toping cokelat yang baru tadi pagi aku cicipi dari lemari pendinginku. Ah aku rindu.
“~Takkan mudah kubisa melupakan segalanya, yang telah terjadi di antara kau dan aku, diantara kita berdua~”. Aku kembali terpasung diantara dilema dan kegalauan yang menggila. Lirik itu benar-benar membuatku kembali memutar haluanku jauh kebelakang, sulit bagiku untuk melangkah meninggalkan kenangan itu namun banyak hal yang juga mempropokatoriku untuk terus menetapkan senyum itu dalam dinding hatiku. Meski aku terus melangkah dan terus menahan hati untuk tidak berputar haluan, tetap saja sapaan lirih memanggilku, ia terngiang, senyuman itu menelusup lewat celah-celah hati yang robek, ia menyinggahi membersihkan hati yang telah usang. Perlahan memberikan warna baru namun hanya sedetik lalu pergi lagi. Ia mempermainkan hatiku tanpa ada niat untuk mempertanggungjawabkan akan hati yang kian terpuruk ini.
            Ada apa ini? Aku hampir lupa pada sosok wajah yang melemparkan senyum manis itu, namun kenapa hanya senyumnya yang menelusup liar dikepalaku. Hampir, sedikit lagi aku mampu menghapusnya dengan penghapus yang telah hadir menawarkan diri untuk membantuku menghapusnya, namun sayang, kurasa memang percuma, kurasa senyuman itu telah tertanam mati dalam hati dan otakku, logika dan hatiku mungkin telah bersahabat mengenai senyum yang membuatku gila ini, Bantu aku, izinkan aku menghapusnya, tolong!
Medan
Sab 01122012 12.15. 
Pada Dinding hati yang Robek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar