Sabtu, 14 November 2015

# BOOK # REVIEW

[Resensi] Rindu karya Tere Liye

Lima Kehidupan dalam Satu Perjalanan
Judul                : Rindu
Penulis             : Tere Liye
Penerbit           : Republika
Cetakan           : I, Oktober 2014
Tebal               : ii + 544 hal
Ini adalah kisah tenatng masa lalu yang memilukan. Tentang kebencian kepada seseorang yang seharusnya disayangi. Tentang kehilangan kekasih hati. Tentang cinta sejati. Tentang kemunafikan. Lima kisah dalam sebuah perjalanan panjang kerinduan.
Kisah ini bermula dari tokoh bernama Daeng Adipati, bersama istri dan dua anaknya, Anna dan Elsa, akan melakukan perjalanan haji dengan menaiki Kapal uap terbesar pada masanya, Blitar Holland. Daeng Adipati adalah pengusaha sukses asal Makasar, entah berapa banyak orang yang ingin sekali meminjam kehidupannnya, sejak muda terkenal cerdas dan baik hati, sekolah ke luar negeri juga punya keluarga yang bahagia. Begitu yang orang-orang lihat, tapi mereka tidak pernah tahu bahwa perjalanan panjang ini ia tapaki dengan dendam dan kebencian yang membara. Mereka tidak pernah tahu, Daeng Adipati menjelajah negeri dengan satu pertanyaan besar di kepalanya.

Di dalam novel bersampul sederhana ini, Tere Liye tidak membahas perjalanan satu tokoh saja, tetapi lima sekaligus. Novel ini membawa perjalanan dengan lima pertanyaan besar yang akan dijawab oleh ulama besar yang tidak mampu menjawab pertanyaan hidupnya sendiri, Gurutta. Justru orang yang minim ilmunya lah yang akan menjawab pertanyaan itu.
Ambo Uleng, berarti Anak Laki-Laki yang Bercahaya Bagai Rembulan. Sejak ia lahir, ia tidak pernah merasakan bagai rembulan yang bersinar, menyinari dirinya sendiripun ia entah, konon lagi untuk orang lain. Ambo adalah pelaut sejati, sejak dalam kandungan sudah ikut ayahnya melaut, hingga ayah dan ibunya meninggal, Ambo sempurna hidup sebatang kara dengan kisah cinta yang memilukan. Jatuh cinta dengan anak pemilik kapal tempat ia bekerja membuat ia semakin tersudut harga dirinya, apalah yang ia punya sampai ia berani mencintai gadis kaya itu. Sekalipun gadis kaya itu juga mencintainya, tapi ia tetap ingin lari dari kenyataan, gadis itu akan dijodohkan dengan dengan pria yang lebih layak. Kisah cinta inilah yang menjadi alasan kenapa Ambo dikenal sebagai kelasi pendiam, jarang tersenyum apalagi berkumpul bareng kelasi lainnya. Hari-harinya ia habiskan untuk duduk termenung di bawah jendela kamarnya, menatap laut lepas berharap pertanyaan besar di kepalanya esok lusa akan terjawab.
Masa lalu memang tidak akan pernah bisa berlalu dengan mudah kecuali kita benar-benar bisa berdamai dengannya, dilupakan sedemikian usaha pun, tetap ia akan semakin abadi, terpatri bersama mimpi-mimpi malam hari. Begitulah yang dialami Bonda Upe, guru ngaji sementara untuk anak-anak di kapal Blitar Holland. Masa lalunya yang kelam membuat ia takut untuk bertemu siapapun, ia takut ada orang yang mengenalinya dan mengetahui masa lalunya. Ia telah hijrah dari masa lalunya sebagai Pelacur, menikah dengan pria yang menyelamatakan hidupnya keluar dari lembah nista dan benar-benar ingin kembali ke jalan yang benar. Tapi perjalanan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hari-hari yang Bonda Upe lalui penuh dengan ketakutan, bertemu dan berbicara dengan orang lain saja ia takut. Perjalanan penuh dengan rasa takut itu pun membawa pertanyaan besar dan sulit ia temukan jawabannya.
Membaca novel dengan tebal 544 ini, sesungguhnya kita tidak tahu siapa yang menjadi tokoh utamanya, tapi bagi peresensi, si kecil Anna menjadi salah satu alasan untuk terus membaca buku ini hingga selesai. Tingkahnya yang lucu, selalu ingin tahu dan cerdas itu membuat ia menjadi guru ngajinya Ambo Uleng. Ya, perjalanan panjang akhirnya membuka mata hati Ambo untuk belajar agama, bukan ia tidak pernah belajar, tapi ia lupa karena lama tak diulang. Insiden kecil saat Ambo menyelamatkan hidup Anna, membuat Anna dan Ambo menjadi sahabat karib, tiada satupun yang mampu membuat kelasi pendiam ini tersenyum selain Anna, gadis kecil yang ceria.
Selain Anna, pasangan Mbah Kakung dan Mbah Putri menjadi kisah favorit seluruh penumpang kapal, pasangan tua yang sangat romantis, apapun mereka lalui bersama, dan kini membuktikan cinta sucinya dengan berangkat haji bersama. Namun perjalanan dan kehendak Tuhan berbeda, Mbah Putri meninggal saat di perjalanan, membuat Mbah Kakung sontak shock dan menutup diri. Kali ini pertanyaan besar itu tidak pernah ada di kepalanya, semua jawaban hidupnya sudah terpenuhi sejak ia menikahi Mbah Putri, namun akhirnya pertanyaan itu muncul sejak Mbah Putri pergi. Kenapa sekarang? Kenapa tidak nanti saja Tuhan memanggil Mbah Putri saat sudah mereka tunaikan janji suci untuk menunaikan haji bersama? Kenapa?
Adalah Gurutta, ialah ulama besar tersohor pada masa itu, yang menjawab empat pertanyaan besar para tokoh di dalam novel ini. Namun ialah yang tak mampu menjawab pertanyaan hidupnya sendiri. Pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan teori, hanya perbuatan yang bisa menjawabnya. Saat serangan besar datang menyerang kapal Blitar Hollad, Ambo Uleng mengeluarkan ide briliannya melawan perompak yang ingin mengusai kapal. Saat semua penumpang disandra, hanya Gurutta, Kepala Koki dan Ambo yang masih mampu melindungin diri, mereka harus memikirkan cara melawan perompak tersebut. Gurutta tidak ingin ada korban, baginya lebih baik memberontak dengan tulisan, tapi bagi Ambo tidak selamanya itu bisa terjadi. Dan saat itulah keajaiban terjadi, saat tulisan dan tindakan mampu menyelamatkan kapal Blitar Holland dari para perompak. Dan semua pertanyaan sempurna terjawab.
Membaca satu novel namun mendapat banyak pelajaran hidup. Novel yang benar-benar membuat pembacanya rindu ini, sangat layak dibaca semua kalangan. Lima pertanyaan besar yang mungkin juga menjadi pertanyaan kita. Dijawab bukan hanya dengan perkataan tapi juga tindakan.
Hei, kalian tidak penasaran dengan kisah cinta Ambo? Kalian tahu kan kalau cinta sejati selalu punya cara tersendiri untuk kembali. Seperti masakan enak, sejauh apapun kau pergi masakan enak pasti akan membawamu kembali, masakan ibumu misalnya. Tapi bagaimana skenario kehidupan membawanya kembali? Kalian harus baca setiap detail cerita di novel keren ini. Apa-apa saja pertanyaan besar yang menjadi inti cerita, juga jawaban-jawaban pamungkas yang membuat hati lapang dan mengajari kita tentang pemahaman baik dalam kehidupan.
Sayangnya, di buku ini banyak bahasa Belanda yang tidak diketahui artinya. Menurut peresensi, harusnya penulis menyediakan footnote di setiap kata yang menggunakan bahasa asing. Tapi itu bukan masalah besar, itu hanya bumbu-bumbu pemanis di dalam cerita, tidak mengurangi atau menambahi makna ceritanya. Setidaknya maksud kerinduan itu sampai kepada hati pembaca. Selamat menikmati rindu.

Peresensi: @agnesiarezita

2 komentar:

  1. Oh ini blognya kamu hahah :D
    hay mantan followers IG dan Twitterku :v wkwkkw
    Makasih ya udah pernah mau follow daan akhirnya unfollow :v

    BalasHapus
  2. Gue udah baca novel ini. Secara gue suka sama karya Tere Liye. Dan setelah sampai di akhir cerita, gue tahu, terlalu banyak pertanyaan yang kita lupakan, bukab mencari jawabannya.

    BalasHapus