Aku tahu, engkaulah orang yang akan selalu memperhatikanku dari
jauh. Sekalipun kau berusaha menapik itu, sekalipun semua sosmed kau alihkan
agar tak mengetahui apapun tentang aku. Tapi kau tak bisa pungkiri bahwa dalam
beberapa momen kau pasti akan merindukan aku. Ya kaaaan?
Ini hari terakhir memasuki bulan Ramadhan. Aku ingin menyapamu
lewat ini, rumah maya yang katamu selalu kau singgahi. Agar
tak ada lagi yang mengganjal dalam benak kita memasuki bulan Ramadhan. Hei, kau tahu tidak, karena hobi stalking-mu itu aku jadi
tidak bisa bergerak, iya tidak bisa. Dulu sebelum aku tahu kaulah orang yang
selalu “mengusik”-ku di twitter, aku selalu bergalau ria, aku menyapa siapapun
tanpa sensor di twitter, karena aku tahu tidak ada satupun orang yang akan
memperhatikan aku di sana, tidak akan ada yang peduli seperti layaknya di
facebook.
Awalnya aku tidak tahu kalau kapten apalah itu adalah kau. Hei
teman lama, awalnya aku juga tidak peduli, toh memang banyak yang menggemariku
diam-diam. Haha, seperti yang kau katakan, “itu resiko orang manis” tapi sejak
usikan yang keberapa aku malah berbalik jadi stalker twittermu, aku
merasa bahasa seseorang di twitter itu seperti bahasa seseorang yang selalu
menenangkan aku kala terjatuh. Aku hafal semua cara menulismu. Aku hafal
kosakata yang slalu kau ucapkan padaku, sekalipun pembicaraan kita terkadang
bisa dihitung. Benar kan, dulu aku slalu menunggu malam minggu agar bisa
bercerita padamu tentang hari-hariku selama seminggu. Wuihh, tapi sekarang mah
sudah beda keadaannya, ah lupakan.
Aku selalu hafal sifatmu yang melarangku untuk menceritakan apapun
setiap hari, kau katakan bahwa aku harus menyimpannya agar besok-besok ada hal
yang akan kita bahas. Kau pas seperti senja, singkat tapi sangat dirindukan,
menyenangkan, menenangkan. Kau tidak pernah mendengar aku memujiku kan? Kau slalu
saja memujiku berlebihan, maka kali ini biarkan aku memujimu di sini. Biar semua
orang tahu kalau aku pernah punya teman lama sepertimu.
Oh ya, maaf kalau kemarin kau pernah katakan bahwa aku berubah. Dari
awal aku murni ingin menganggapmu sebagai sahabat. Tak peduli jika orang
mengatakan bahwa semua itu omong kosong. Mereka bilang tidak ada lelaki dan
perempuan yang bersahabat tanpa rasa suka. Aku kira kau tidak percaya itu. Tapi
aku tetap keukeuh pada prinsipku bahwa kaulah sahabatku. Jadi, sejak aku tahu
bahwa seseorang yang memperhatikanku di twitter itu adalah kau, aku tidak tahu
harus apa. Sungguh aku berpikir panjang, aku bahkan berniat berpura-pura tidak
tahu sampai kapanpun, agar persahabatan kita tetap baik.
Tapi ternyata kau sendirilah yang tidak tahan untuk itu, sampai
akhirnya kaulah yang menunjukkan jati dirimu sendiri. Bahkan berbicara padaku
seolah sejak awal aku sudah mengetahui bagaimana perasaanmu padaku. Tapi aku
tidak akan lebih jauh mempermasalahkan itu. Aku menulis ini hanya ingin menyapamu,
aku ingin mengatakan bahwa aku memaafkanmu, maaf kemarin aku tak membalas pesan
maafmu. Maka sejak saat ini anggaplah kita hanya anak kecil berpakaian SD
seperti sekolah dulu. Jika kita bertemu lagi, jangan ingat-ingat bahwa kau
pernah punya perasaan padaku. Anggaplah kita hanya teman lama yang mungkin akan
bertemu lagi, suatu hari nanti.
Soal semua janji-janjimu, lupakanlah. Sekalipun aku tipe orang yang
selalu merengek menagih janji siapapun yang menjanjikan padaku. Tapi bagiku, aku
tak punya hak menuntut apapun padamu.
*DHEG*
BalasHapus"tipe orang yang selalu merengek menagih janji siapapun yang menjanjikan padaku"....
BalasHapusAku hapal seperti apa kata itu,, hahahhh
Temennya ganteng. Wkwkwk :P
BalasHapuskeren
BalasHapus