Rabu, 10 April 2013

# JOURNALISTIC

Solidkan Ukhuwah dengan Membantu Sesama


Oleh: Rezita Agnesia Siregar

Tak ada kata lain yang dapat diungkapkan selain kasihan dan kagum. Yah… itu lah rasa yang timbul seketika aku melihat kakek Muhtarsam, seorang pemulung yang setiap harinya mengumpulkan botol-botol dan barang-barang bekas di area kampusku IAIN Sumatera Utara, kakek Muhtarsam dulunya adalah seorang supir borongan yang pulang sebulan sekali, namun sekarang karena penuaan, kakek tidak bisa bekerja sebagai supir lagi, jadi kakek memutuskan untuk menjadi pemulung, kakek yang berumur 73 tahun ini sudah satu tahun lebih melakukan kegiatan mengumpulkan barang bekas di area IAIN Sumatera Utara. Sejak umur 70 tahun.
“Kakek lebih senang mengumpulkan barang bekas disini, karena adab di sini lebih sopan daripada kampus lain, kakek merasa nyaman, merasa seperti dalam keluarga sendiri, kakek bangga sama mahasiswa di IAIN Sumatera Utara ini, Allah lah yang menuntut langkah kakek tuk sampai kesini, kakek sangat bersyukur” ujar kakek Muhtarsam tegas namun mengharukan.
Kakek beristri satu ini setiap harinya datang pukul 08.00 dari rumahnya di Bandar kalippa Gang Bersama no.5 Komplek Siluman dengan menaiki sepeda tuanya yang selalu setia menemani kegiatannya setiap hari dari pagi sampai petang. Tak lupa pula sang istri, Nenek Ani (65 thn) selalu setia menyiapkan bontot kakek untuk makan siang beserta air minumnya. Namun sayangnya kala itu tepat hari kamis, 22 maret 2012, kakek Murtasam menyampaikan peneyesalannya padaku yang ketika itu tengah berdialog pada kakek Muhtarsam di depan Aula IAIN Sumatera Utara, beliau sangat menyesal karena tidak bisa puasa disebabkan bangun kesiangan.
Astagfirullah, kakek sangat menyesal sekali, kakek merasa bersalah, kakek tak bisa puasa hari ini, karena bangun kesiangan, kakek sedih sekali nak” ucap kakek Muhtarsam lirih dengan mata berkaca-kaca.
Setiap harinya kakek Muhtarsam meninggalkan sepedanya dibawah pohon rindang di samping Aula IAIN Sumatera Utara. Lalu kakek Muhtarsam mulai berjalan mengelilingi tong sampah demi tong sampah yang ada di area IAIN SU. Mulai dari tong sampah yang ada di depan Fakultas Tarbiyah di lanjutkan ke Fakultas Usuluddin lalu ke Fakultas Dakwah bahkan sekali-kali sampai juga ke Fakultas Syar’iah. Bila tiba saatnya azan zhuhur, kakek Muhtarsam tak pernah banyak berfikir lagi, beliau langsung meninggalkan kegiatannya mengumpulkan barang bekas dan bergegas untuk berwudhu dan sholat berjama’ah.
“Semua ini datangnya dari Allah, apapun yang diberikan Allah kita semua harus bersyukur, salah satu caranya dengan kita sholat dan selalu mengingat Allah, seperti Firman Allah yang artinya ‘Apabaila hamba-Ku bersyukur maka akan Ku-tambah nikmatku, namun apabila hamba-Ku ingkar maka ingatla azab-Ku sangat pedih’ ” kakek berteriak keras membacakan Firman Allah seakan seperti mahasiswa yang sedang berkampanye.
kakek Muhtarsam sangat hebat, patut dijadikan contoh, dengan keterbatasan ekonominya, beliau selalu ingat pada Allah yang memberikannya berkah rezeki dan kesehatan setiap harinya, beliau tidak pernah sedikitpun mengeluh, tak pernah ada niat baginya untuk mengemis. Padahal kakek Muhtarsam bukanlah orang tua yang tak memiliki anak, kakek Muhtarsam memiliki tujuh anak, empat laki-laki dan tiga perempuan, anak paling besar sudah menikah dan tinggal bersama kakek Muhtarsam dan nenek Ani. Semua anak kakek sudah tidak ada yang sekolah lagi, semua anaknya hanya bisa menamatkan sampai di bangku SD dan SMP, namun dengan begitu kakek Muhtarsam sangat bersyukur sudah bisa menyekolahkan anakanya sampai tingkat SD dan SMP.
Setiap kali kita melihat pengemis tua ataupun pemulung yang tak gentar melawan teriknya matahari, kita pasti akan beranggapan ‘Apa orangtua itu tidak mempunyai anak? Mengapa anaknya tega membiarkan orang tuanya memulung, bahkan mengemis seperti kebanyakan orang tua diluar sana?’ yah begitulah, hal ini juga aku tanyakan pada kakek Muhtarsam, namun dengan tegas kakek Muhtarsam menjawab
“Selagi kamu masih mampu mengais rezeki dari Allah jangan kamu minta pada orang lain apa-apa yang dapat kamu dapatkan sendiri, ingatlah nak tangan di atas lebih baik daripada tangan dibawah, anak kakek sudah punya keluarga sendiri, tak berhak kakek mengambil bagiannya, Allah Maha Tahu, Allah Maha Tahu!” jawab kakek Muhtarsam dan kali ini tangisnya pecah, bibirnya bergetar seketika mengucapkan Allah Maha Tahu. Sungguh mengharukan .
Setelah sholat berjamaah di Masjid Al-izzah IAIN Sumatera Utara, kakek Muhtarsam tak pernah ketinggalan untuk mendengarkan ceramah harian di Masjid Al-Izzah yang dibawakan oleh Ustad Bakar. Bagi kakek Muhtarsam tak ada yang lebih penting dari ilmu pengetahuan. Meskipun kakek bukanlah orang yang berpendidikan tinggi, kakek sangat hebat, banyak sekali ilmu tentang Islam yang beliau ketahui, itu karena kakek Muhtarsam tak pernah melewatkan pengajian, bahkan beliau selalu mengikuti pengajian rutin setiap sabtu malam di Masjid Al-Mukhlisin tidak jauh dari rumah kakek Muhtarsam di area Bandar Kalippa. Kakek Muhtarsam sangat kagum pada Ustad Bahram Nasution. Kakek sangat suka mendengarkan ceramah yang dibawakan Ustad Bahram namun bukan berarti kakek tidak suka ustad lain, adakalanya ilmu sangat mudah kita dapatkan jika gurunya sangat menyenangkan. Begitu anggapan kakek Muhtarsam. Ustad Bahram bagi kakek Muhtarsam sangat humoris, tidak terlalu kaku akan ceramah yang dibawakan, sang ustad favorit kakek selalu membawakan ceramahnya dengaan metode sersan (serius tapi santai). Yang selalu di tunggu-tunggu kakek Muhtarsam setiap kali ustad favoritnya berceramah adalah memberikan contoh-contoh kehidupan para rasul dan sahabat nabi dengan humor dan gerakan-gerakan yang menggelitik.  Menurut kakek, orang yang dalam 40 malam tidak mengikuti atau menghadiri pengajian maka  hatinya akan keras dan akan sulit untuk ingat pada Allah dan bahkan akan juga sulit untuk bersyukur.
Selesi mendengarkan ceramah, kakek melanjutkan mengais barang bekas di tong sampah depan Masjid Al-izzah. Dengan semangat 45 kakek tak memperdulikan kotor dan sangat baunya tong sampah tersebut, dimana setelah makan siang di tong sampah itulah para mahasiswa membuang bungkus makan siang dan botol minum plastik mereka. Namun disinilah letak rezeki kakek semakin banyak yang membuang botol-botol plastik bekas, semakin banyak lah nanti yang dapat di jual kakek, barang-barang bekas yang dipungut kakek dijual perhari, kakek tidak menumpukkannya berhari-hari dan menumpukkannya lalu di jual. Tetapi, apa yang kakek dapat hari ini, itulah yang kakek jual ketempat botot penyaluran barang bekas. Ketika aku menanyakan penghasilan kakek setia hari, beliau mengatakan,
“Maaf ya nak, kakek hanya bisa jawab ‘Berapa pun di berikan Allah sama kakek, kakek sellau bersyukur, dan semua itu yang diberikan Allah pasti itulah yang terbaik’ begitu nak” jawab kakek sendu dengan tangan menadah kelangit.
Sekitar pukul 16.00 kakek berhenti mengais barang bekas dan mulai menyusun barang-barang tersebut kedalam goni, lalu meletakkannya dengan rapi di atas boncengan belakang sepeda tua kakek. Dengan membawa barang-barang bekas ini sangat sulit memang, karena muatan goninya sangat besar ditambah lagi sepeda kakek yang sudah tua bahkan tenaga kakek pun agak melemah karena sudah satu harian keliling mengais barang bekas di area IAIN SU. Namun kakek tak pernah gentar, dengan semangat yang menggebu-gebu dan dengan dukungan istri tercinta yang telah menunggu di rumah serta dengan rasa selalu di awasi oleh Allah, kakek mengayuh sepeda dengan sangat hati-hatinya. Namun begitu, pernah suatu ketika, kakek terjatuh tersandung batu, dan bahkan terserempet  oleh sepeda motor sebanyak lima kali. Hal itu pun tak pernah membuat kakek menyerah untuk mendapatkan rezeki dari Allah
“Semua penyakit datangnya dari Allah, dan dari semua penyakit itu Allah jugalah yang memberikan obatnya, namun ada satu penyakit yang tidak ada obatnya, yaitu penuaan, jadi kakek tidak pernah takut sakit, ada Allah bersama kita, mintalah kesembuhan sama Allah, Allah pasti memberikan, kakek ini orang bodoh nak, apa yang bisa kakek lakukan selain meminta pada Allah, kakek tidak berpendidikan, selalu di remehkan orang lian, DAN KALIAN !! (sontak kakek mengacungkan telunjuknya kepada kami dengan nada yang sangat bersemangat hingga mengejutkan kami) harus punya cita-cita tinggi, mintalah pada Allah, semuanya akan di berikan oleh Allah, jika hambanya meminta dengan tulus “ suara kakek kembali lirih setelah sontak tadi menjerit kearahKU, kakek kembali menadahkan tangannya kearah langit mengisyaratkan untuk kita meminta kepada allah.
Keikhlasan dan semangat tinggi yang dimiliki kakek Muhtarsam membuatku semakin yakin untuk membantu meringankan beban hidup kakek Muhtarsam dengan memberikan bantuan berupa dana, marilah kita sebagai umat Islam yang memiliki rasa solidaritas yang tinggi sama-sama membantu meringankan beban kakek Muhtarsam. Bagi saudara-saudara sekalian yang ingin membantu langsung, silahkan datang ke Sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa IAIN Dinamika Sumatera Utara, jalan Williem Iskandar No 7 A Medan 20223.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar