Sakit
bukan karena tersayat silet, bukan juga tertikam belati. Sakit teriris oleh
rasa, rasa yang tak pernah menganggap aku ada. Entah sejak kapan, entah sejak
aku mengenal arti kehidupan, entah sejak aku bisa mengingat nyawa-nyawa pengisi
kehidupan. Pahit sekali, aku berlalu lalang, berlenggang ke sana- ke mari,
namun tak jua mendapat tatap, tak jua mendapat sapa, hanya sekilas angin lalu,
tiada arti, hampa.
Tertahan
di dadaku, sesak. Tertahan di bibirku, perih. Aku tiada daya untuk menyampaikan
amarahku, harus kusampaikan pada siapa, jika sekiranya mereka semua tiada
menganggap ada fungsiku. Haruskah aku berteriak untuk menyatakan aku ada di
antara mereka, kurasa percuma, aku bagai hembusan nafas kecil seekor semut yang
baru lahir. Sudah berkali-kali kucoba, menampakkan diri, berbuat semampuku,
namun kenyataan memang tidak sedang berbaik hati padaku, mereka sibuk dengan
hal-hal yang mereka sukai, tanpa tahu aku juga ingin disukai, bukan hanya itu,
aku ingin sekedar dianggap ada. Itu.
Di
rumah, di organisasi, di hati seorang kekasih, di dunia maya, di ruang
persahabatan, dan bahkan di ruang yang tak memiliki nama, aku tiada fungsi bagi
mereka. Terlalu hina.
Semua,
tatapan yang tak menatapku. Suara yang tak menyapaku, rasa yang tak menganggapku.
Akan aku buktikan dengan apa-apa yang kalian tidak pernah anggap ada. Semua
akan tumbuh karena dendamku, dendam pada kalian semua yang tidak menganggapku
ada. Segera, kutorehkan tinta di atas dunia, bahwa aku ada dan berfungsi sangat
penting. Bagi siapapun.
Medan,
24 Maret 2013. 00.36 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar