Rabu, 22 Mei 2013

# PERSONAL

Aku Hidup Karena Dendamku


Sakit bukan karena tersayat silet, bukan juga tertikam belati. Sakit teriris oleh rasa, rasa yang tak pernah menganggap aku ada. Entah sejak kapan, entah sejak aku mengenal arti kehidupan, entah sejak aku bisa mengingat nyawa-nyawa pengisi kehidupan. Pahit sekali, aku berlalu lalang, berlenggang ke sana- ke mari, namun tak jua mendapat tatap, tak jua mendapat sapa, hanya sekilas angin lalu, tiada arti, hampa.
Tertahan di dadaku, sesak. Tertahan di bibirku, perih. Aku tiada daya untuk menyampaikan amarahku, harus kusampaikan pada siapa, jika sekiranya mereka semua tiada menganggap ada fungsiku. Haruskah aku berteriak untuk menyatakan aku ada di antara mereka, kurasa percuma, aku bagai hembusan nafas kecil seekor semut yang baru lahir. Sudah berkali-kali kucoba, menampakkan diri, berbuat semampuku, namun kenyataan memang tidak sedang berbaik hati padaku, mereka sibuk dengan hal-hal yang mereka sukai, tanpa tahu aku juga ingin disukai, bukan hanya itu, aku ingin sekedar dianggap ada. Itu.
Di rumah, di organisasi, di hati seorang kekasih, di dunia maya, di ruang persahabatan, dan bahkan di ruang yang tak memiliki nama, aku tiada fungsi bagi mereka. Terlalu hina.
Semua, tatapan yang tak menatapku. Suara yang tak menyapaku, rasa yang tak menganggapku. Akan aku buktikan dengan apa-apa yang kalian tidak pernah anggap ada. Semua akan tumbuh karena dendamku, dendam pada kalian semua yang tidak menganggapku ada. Segera, kutorehkan tinta di atas dunia, bahwa aku ada dan berfungsi sangat penting. Bagi siapapun.

Medan, 24 Maret 2013. 00.36 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar