Senja
memerah bertabur rinai gerimis di beranda gubuk kecil sepasang senja. Menyeduh teh
hangat dengan sepotong perbincangan nikmat.
“Seruputmu
terdengar berbeda, aku tahu teh itu tak semanis yang kau inginkan, maafkan
kekuranganku”
“Sejauh
tarikan nafaku di 63 tahun ini, aku tetap menganggap itu kelebihanmu, aku tidak
ingin merubah apa adanya dirimu. Karena yang aku cinta adalah zat mu, bukan kelebihan
atau kekurangamu, Sayang.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar