Memasuki
hari ke empat di kampung ramadhan, semoga semakin banyak berkah yang kita
dapatkan. Aamiin. Setelah semalaman tidur di masjid dengan dingin yang super
menggigil, karena tidur hanyal beralaskan tikar, pun suasana tengah hujan
deras, dan kemungkinan masuk angin sangat besar, sudah kuduga. Dampaknya terasa
ketika aku bangun dari tidur pagiku usai sahur dan sholat shubuh. Ditambah lagi
darah rendahku tidak ingin berkompromi denganku kala itu, jadi rindu sama mama.
Rindu dimarahin.
Seperti
tidak ingin melakukan kegiatan apapun, kepala mulai pusing, dan mataku mulai
berkunang, entah memang benar ada kunang-kunang siang itu, yang pasti aku tidak
bersemangat untuk beraktifitas apapun. Tap tentunya masih ada pangeran kitik
Sukadame (kitik = kecil). Si Hamzah selalu bisa membuatku tersenyum, marah, dan
juga tertawa. Terlebih aku sangat penyuka anak-anak kecil, Hamzah dan kakaknya
si Nunun berhasil mengisi hari-hari kami begitu cerahnya, setiap hari berasa
punya adik kandung sendiri, setiap pagi ibunya mengantarnya ke rumah Karo tempat
kami tinggal. Dari kami membuka mata hingga mata terpejam kembali, Hamzah dan
Nunun selalu hadir menemani hari-hari kami, sihiiiyy seperti belahan jiwa aja
ah.
Layaknya
memang anak-anak kecil, tidak jauh dari yang namanya kotor-kotoran, dan hal itu
memang tidak bisa dipungkiri. Bahkan nenek mereka yang biasa mereka panggil
Karo sudah jera setiap hari merepet untuk memberhentikan tingkah nakal mereka
berdua. Mulai dari memarahi untuk pakai sandal ketika keluar rumah, hingga
kenakalan mereka ketika ingin sekali memainkan handphone kami. Dan aku hanya
bisa berkata, namanya juga anak-anak.
Dan
ketika rasa bosan dan ingin pulang ke rumah benar-benar melanda, rasa itu
seketika musnah ketika mendengar lelucon dari Hamzah dan Nunun, apalagi logat
bicara mereka berdua yang tidak bisa memakai bahasa Indonesia dan selalu pakai
bahasa Karo selalu membuat aku, Tari dan Dani hanya bisa saling mengangguk
karena tidak paham. Apalagi ketika Hamzah berkumandang azan, decak kagum tak
bisa aku hindari. Lelaki kecil ini memiliki ingatan yang sangat kuat, di
umurnya yang sekeceil itu dia sudah mulai hafal azan dan al-fatihah. dia sangat
cerdas.
Karena
melihat keadaan si Hamzah dan Nunun yang lumayan kotor dan hari sudah hampir
sore, mengingat kedua orangtuanya sibuk di lading, pasti tidak sempat
memandikan mereka, maka aku berinisiatif untuk memandikan mereka, ini hal yang
paling menyenangkan, bagaimana tidak. Kapan lagi bisa memandikan anak kecil,
apalgi aku tidak memiliki adik kecil, padahal aku ingin sekali punya adik kecil
laki-laki, maka dari itu senang sekali bisa memandikan si Hamzah dan juga
kakaknya si Nunun. Dan kedua adik kecilku ini terlihat sangat sennag bila
dimandikan.
Mandiin si Hamzah |
Setelah
memandikan mereka, aku memakaikan mereka minyak kayu putih dan juga bedak baby,
waaahhh aku berasa punya anak nih, hehe. Aku tidak pernah merasa keberatan
untuk melakukan ini, bahkan bila diminta untuk setiap hari, tapi sayangnya
waktu kami hanya berbatas sepuluh hari. Bahkan si Hamzah pernah bilang ingin
ikut bersamaku pulang ke Medan, waah, kalau ada Hamzah di Medan, hari-hariku
pasti tidak akan sepi dan hanya termaktub di dalam kamar saja. Berkutat dengan
laptop, bercinta dengan buku-buku, kalau ada Hamzah hari-hariku bakal ceria
nih. Tidak akan adalagi yang bilang kalau aku si gadis yang hobi cemberut. Aaahh,
apaan sih.
Dan
adalagi nih hal yang paling menyenangkan usai mandi bersama dua adik kecilku
ini. Tidur siang bareng. Karena aku memandikan mereka sekitar pukul 14.00 WIB
usai sholat zhuhur dan selesai mengajarkan yogi belajar, karena memang tidak
ada anak lain yang bisa diajarkan sehabis zhuhur kecuali Yogi, jadi ya jam
belajar hanya sebentar karena yang diajarkan hanya yogi. Jadi aku bisa melakukan
kebiasaan kecilku dulu, tidur siang, kita semua pasti pernah mengalami
masa-masa kecil itu. Masa-masa ibu kita akan menyuruh kita untuk tidur siang
setiap hari.
Selepas
ashar, kak Faiz dan kak Jannah datang untuk memantau tim safar di desa Sukadame
dan juga menginap sehari. Karena ada kak Jannah yang katanya jago masak, maka
kak Jannah membantu kami untuk masak bekal buka puasa hari ini. Berhubung Mak
Nunun membawa jengkol muda (Wow.. si Dani sempat shock ni, dia bahkan bilang
gak mau makan kalau lauknya jengkol.. haha) sebenarnya aku pun begitu, bayangkan?
Masak puasa makannya jengkol?? Apa jadinya nafas besok pagi. Haha
Menu berbuka puasa, pakai Jenkol |
Buka puasa bareng kak Faiz dan Kak Jannah |
Untungnya
masih ada sayur buncis yang bisa dimakan selain jengkol sambal tersebut, karena
jengkol itu benar-benar tidak termakan. Bagaimana mungkin bisa dimakan, wong
jengkolnya masih muda, ya rasanya bakal pahit. Akhirnya kami hanya makan sayur
buncis saja, baiklah Alhamdulillah. Dan tentunya masih ada kolak pisang,
seperti biasa.
Karena
malam kemarin aku tidak jadi ceramah karena jamaah yang datang tidak memungkinkan
untuk ceramah, akhirnya malam ini adalah giliranku untuk ceramah. Namun karena
ada kak Faiz selaku tim pemantau, maka kak faiz lah yang mengisi cerama hari
ini, selaku tamu sekaligus guru kami.
Dan
kami masih memikirkan bekal apa untuk sahur nanti, hehe. Apakah akan makan
jengkol sisa semalam sore?
Bersambung….>>
Tidak ada komentar:
Posting Komentar