Tersenyumlah sesumringah mungkin, maka kau akan lihat semua mata melihatmu sebagai sosok paling bahagia. Padahal nyatanya tak sebahagia itu. Dan menangislah sesedih kau bisa, maka kau juga akan melihat orang-orang memandangmu sebagai makhluk paling menyedihkan di dunia, padahal tak semenyedihkan itu. Terkadang hidup seperti itu, kebahagiaan dan kesedihan tak selamanya bisa dilihat dari keseharian, karena yang tahu kita bahagia atau tidak hanyalah diri sendiri.
Atau bahkan senyum dan tawa yang ceria itu hanya tercipta untuk mendoktrin orang-orang bahwa hidup kita sebahagia itu? Mungkin iya mungkin saja tidak. Dan yang aku fikirkan, apa aku termasuk golongan orang yang aku sebutkan barusan. Terlihat bahagia untuk menyampaikan pada orang lain bahwa aku sebahagia itu. Nyatanya aku tak merasakan apa-apa. Entah, aku pun tak tahu alasannya. Aku merasa dibutuhkan, tapi tak juga ada aku di antara peredaran.
Aku ingin menyampaikan, tanpa tahu hal yang ingin aku sampaikan. Aku ingin tersenyum. Tapi tak tahu hal yang menjadi alasan aku tersenyum. Pun untuk sebuah kesediham, aku tak tahu apa yang aku sedihkan. Aku tidak tahu sungguh, yang pasti aku sampai dimana aku merasa benar-benar sendiri. Mengenang kembali semua yang telah terjadi lalu sekelebat kilat hilang lagi, datang lagi dan hilang lagi.
Dalam pandanganku semua orang seperti memakai topeng, topeng boneka lucu yang mampu membuatku tertawa dan sebagian lagi menggunakan topeng kesedihan yang sedikit banyak membuatku ikut bersedih hati. Apalah ini, aku seperti ada tapi tak dianggap ada.
Abaikan tulisan ini. Aku hanya tak mampu membendung rasa-rasa tak menentu di hati~
Itulah hidup. Segala hal selalu beriringan. Segala hal selalu barpasangan. Ada senang. Ada sedih. Ada baik. Ada buruk. Itu semua pilihan. Kita yang memilih. Kita yang menentukan.
BalasHapusTernyata ngga hanya saya yg merasakan hal semacam ini. perasaan ingin mengexpresikan emosi baik sedih, ataupun bahagia tp selalu terjebak diposisi "tanggung". Seperti berada dipertengahan jalan yg tiba tiba masuk diruang kosong, dan sulit untuk dijelaskan namun sangat "terasa" feel nya. Sial, APA ini yg dinamakan fase peralihan.
BalasHapusTernyata ngga hanya saya yg merasakan hal semacam ini. perasaan ingin mengexpresikan emosi baik sedih, ataupun bahagia tp selalu terjebak diposisi "tanggung". Seperti berada dipertengahan jalan yg tiba tiba masuk diruang kosong, dan sulit untuk dijelaskan namun sangat "terasa" feel nya. Sial, APA ini yg dinamakan fase peralihan.
BalasHapus