Jumat, 25 November 2022

Aksi Transisi Energi untuk Mengurangi Selimut Polusi


Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) secara resmi telah membuka Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, di The Apurva Kempinski Bali, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (15/11/2022)


Berkenaan dengan diresmikannya konferensi ini mendorong aksi nyata G20 untuk transisi energi yang berkelanjutan, salah satunya dengan mempercepat penutupan pembangkit listrik tenaga batu bara dan mengembangkan energi terbarukan yang adil dan berkelanjutan.


apa itu G20 Indonesia? Dikutip dari situs Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia, G20 atau Group of Twenty adalah sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa.




Transisi energi menjadi salah satu topik utama yang diangkat dalam presidensi G20 Indonesia. Hal ini tentu menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukan kepada dunia atas dukungan terhadap transisi energi yang dapat dilihat lewat prototipe dan dukungan finansialnya, sehingga dapat direplikasikan dalam sejumlah program sejenis lainnya.


Transisi energi adalah upaya mengurangi penggunaan energi fosil dengan energi non fosil yang rendah polusi dan emisi gas rumah kaca. Sepenting apa kita perlu melakukan transisi energi? sebab penggunaan kendaraan pribadi berbahan bakar fosil sudah makin meningkat, juga penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan bakar utama pembangkit listrik, bahkan pembabatan hutan untuk produksi sumber energi pun tinggi. Transisi energi diperlukan untuk mengurangi selimut polusi, efek gas rumah kaca yang menyelimuti atmosfer bumi guna mencegah timbulnya bencana lingkungan. Tentunya kita ingin bumi ini kembali asri, bukan?


Tantangan Transisi Energi Sektor Kelistrikan

- Pasokan energi matahari dan angin tergantung musim dan periode maksimal tidak selalu cocok dengan periode beban puncak konsumsi listrik

- Pasokan air untuk PLTA dan PLTMH memerlukan ekosistem sungai yang terjaga kelestariannya

- Lokasi daerah potensial jauh dari penduduk dan infrastruktur memadai (jalan, jembatan serta grid listrik)

- Minimnya kurikulum pendidikan energi terbarukan di perguruan tinggi yang menyebabkan kurangnya SDM ahli energi terbarukan di Indonesia'

- RnD yang belum memadai di Indonesia

- Sektor industri komponen energi terbarukan belum tumbuh di Indonesia sehingga masih tergantung dengan komponen luar negeri (impor barang jari) akibatnya harga barang menjadi mahal


Lalu isi besar apa yang bisa kita gaungkan?

- Sentralisasi wewenang pengadaan energi skala besar ke pemerintah untuk pusat pasca UU Ciptaker, sehingga pemerintah daerah sulit mengembangkan proyek energi terbarukan skala besar

- Rendahnya investasi di proyek energi terbarukan

- Rendahnya SDM dan RnD tentang teknologi energi terbarukan

- Inovasi dan perkembangan teknologi terbaru di bidang energi terbarukan

- Contoh-contoh praktik baik pemanfaatan energi terbarukan pada skala besar-kecil di Indonesia atau negara lain yang mirip kondisi alamnya dengan Indonesia

- Insentif transisi energi belum optimal sehingga biaya produksi dan harga jual masih mahal

- Praktik kerja sama penanganan perubahan iklim dan pelaksanaan transisi energi

- Proyek energi fosil (PLTJ) masih diperbolehkan untuk dibangun


Beberapa hal sederhana yang bisa lakukan secara mandiri yaitu mengumpulkan limbah rumah tangga seperti minyak jelantah ke pengolahan, menggunakan kendaraan umum serta pengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghemat penggunaan listrik dengan matikan lampu ruangan jika tidak terpakai, langkah kecilnya dengan tidur malam dalam keadaan mati lampu bisa meningkatkan kualitas tidur semakin baik loh. Yuk kita melakukan aksi nyata sederhana dari hal-hal yang kita bisa dalam hal transisi energi untuk mengurangi selimut polusi.


#EcoBloggerSquad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar