Sabtu, 21 Maret 2020

# TRAVEL

Bila Berkesempatan Traveling Sekali Seumur Hidup, Aku akan Mengunjungi Papua dan Berikut Hal-hal yang Ingin Aku Lakukan!


Bila mendengar kata Papua pasti terbesit slogan Papua adalah Kita. Ya, dengan beragam suku dan budaya, Papua menjadi nilai yang ternilai. Papua itu Indonesia, tak bisa terpisahkan meski bagaimana pun halangan menerjang.

Pun bila aku punya satu kesempatan travelling sekali seumur hidup, aku berniat akan pergi ke Papua.  Karena Papua merupakan destinasi wisata hijau dengan keeksotikan pulaunya, hutan mangrove dan berbagai budaya yang asri membuatku ingin mengunjunginya.

Papua memiliki Yayasan Ekosistim Nusantara Berkelanjutan (EcoNusa Foundation) yang merupakan organisasi dengan tujuan untuk mempromosikan pengelolaan sumber daya alam dengan memperkuat inisiatif lokal. Untuk melakukan ini, EcoNusa mendorong pengembangan dan pengembangan kapasitas kelompok masyarakat sipil untuk mengembangkan strategi kampanye, komunikasi dan keterlibatan tokoh. EcoNusa juga mempromosikan dialog di antara para tokoh mempromosikan kesetaraan, konservasi, dan transparansi. Yayasan ini resmi didirikan pada 21 Juli 2017 dan berpusat di Jakarta.

Yayasan EcoNusa menjembatani komunikasi antara tokoh di Indonesia Timur (Tanah Papua dan Maluku). Demi mengoptimalkan praktik terbaik perlindungan lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip yang adil melalui kegiatan nyata bersama dengan masyarakat setempat. Juga memperkenalkan nilai-nilai kedaulatan pengelolaan sumber daya alam dan konservasi kepada para pembuat kebijakan di tingkat regional dan nasional.

Menurut sumber dari Wikipedia, Papua adalah provinsi terluas Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Papua. Belahan timurnya merupakan negara Papua Nugini. Provinsi Papua sebelumnya bernama Irian Jaya yang mencakup seluruh wilayah Papua Bagian barat. Sejak tahun 2003, dibagi menjadi dua provinsi dengan bagian timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya memakai nama Papua Barat. Provinsi Papua memiliki luas 316.553,07 km2 dan merupakan provinsi terbesar di Indonesia.

Pulau Papua berada di ujung timur dari wilayah Indonesia, dengan potensi sumber daya alam yang bernilai ekonomis dan strategis. Berikut ini beberapa hal yang akan aku lakukan bila berkunjung ke Papua:

1. Mengenal Suku Yali


Yali atau Yalimo memiliki banyak arti yaitu “Yali” yang berarti tempat (timur), nama bahasa yang digunakan oleh masyarakat Yali dan nama masyarakat yang mendiami di daerah timur dari kota Wamena. Suku Yali secara administratif termasuk penduduk Kabupaten Yahukimo bersama dengan suku lainnya. Suku Yali memiliki kebudayaan yang hampir mirip dengan suku – suku lain di Papua. Namun yang menbedakan dan menjadi ciri khas masyarakat Yali yaitu tinggi badan yang dimiliki manusia dewasanya rata-rata berkisar 150 cm. Suku Yali juga menerapkan pengetahuan medis menggunakan obat-obatan tradisional dalam untuk meyembuhkan suatu penyakit. Suku Yali memiliki dua bahasa utama, yakni bahasa Yali Moo dan bahasa Meek.

2. Mengenal Suku Korowai


Suku Korowai adalah kelompok sosial yang merupakan penduduk asal dalam wilayah Kabupaten Merauke, Provinsi Papua. Korowai memiliki bahasa yang termasuk dalam satu keluarga Awyu Dumut yang mencangkup satu wilayah luas antara Sungai Eiladen dan Digoel. Keistimewaan dari suku Korowai adalah memiliki rumah-rumah pohon yang menakjubkan. Korowai merupakan salah satu suku di Papua yang tidak memakai koteka. Kaum lelaki memakai kantong jakar dan sejenis dedaunan sebagai celana, sedangkan kaum perempuan memakai rok pendek yang terbuat dari daun sagu.

3. Mengunjungi Hutan Mangrove di Teluk Maybilit


Keragaman mangrove di Kalitoko relatif tinggi. Ditemukan 65 jenis mangrove (56 marga dan 35 suku), ternyata 21 jenis diantaranya dimasukkan sebagai jenis langka berdasarkan daftar IUCN dengan status rawan (VU) dan kritis (CR). Hutan mangrove di Kalitoko dikategorikan masih baik dan luas, keanekaragaman jenis tumbuhan mangrovenya cukup tinggi dan regenerasi alaminya berjalan dengan baik. Jenis Rhizophora apiculata, Bruguiera sexangula dan Xylocarpus moluccensis mendominasi hutan mangrove di daerah ini. Hutan mangrove dimanfaatkan oleh masyarakat setempat secara tradisional sebagai lokasi mata pencaharian keluarga, yaitu menangkap ikan, udang dan mencari kepiting. Selain itu, mangrove dimanfaatkan untuk kebutuhan kayu bakar, bahan bangunan dan sumber obat-obatan tradisional. Hutan mangrove di Kalitoko tetap dipertahankan sebagai jalur hijau mangrove dan sebagai areal konservasi.

4. Mengunjungi Pasar Mambuni


Pasar Mambunibuni di Distrik Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, masih mempertahankan kearifan lokal yaitu sistem barter. Pasar Mambunibuni yang ada setiap Hari Sabtu itu mempertemukan warga dari pegunungan dan warga dari pesisir dengan memperdagangkan hasil bumi seperti sagu, pisang dan hasil perkebunan dengan hasil laut seperti ikan dan kerang. Pasar Mambunibuni ini terletak di antara lembah dan hulu sungai. Dari sungai itulah menjadi jalan masuk bagi warga pesisir atau kepulauan, dengan menggunakan perahu ukuran sedang bermesin memasuki Mambunibuni, dengan membawa hasil pangan dari laut, seperti ikan segar, ikan kering, atau ikan asar, dan kerang.Sementara, pangan di darat seperti sagu, sayur-sayuran, pisang, umbi-umbian, sirih, pinang, dan kapur yang menjadi hal yang selalu wajib ada di tanah Papua. Ada yang bertukar pisang satu tandan dengan ikan asin. Ada yang menukar sagu dengan kerang, atau ikan segar dengan hasil perkebunan lainnya, tergantung dari kesepakatan mereka. Semua masyarakat sangat menghargai kesepakatan ini sejak turun temurun.

5. Menyelam di Perariran Raja Ampat


Menurut penelitian bersama yang dilakukan pada tahun 2001-2002 oleh Conservation International, The Nature Conservancy, Lembaga Oseanografi Nasional (LON) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tercatat bahwa perairan Raja Ampat memiliki lebih dari 540 jenis karang keras, lebih dari 1.300 jenis ikan, dan 700 jenis hewan lunak. Hampir 75% spesies karang dunia berada di Raja Ampat dan tidak satupun tempat di dunia dengan luas area yang sama memiliki jumlah spesies karang sebanyak ini.

6. Mengunjungi Hutan Mangrove di Yananas, Pulau Batanta


Pulau Batanta merupakan salah satu pulau di Kepulauan Raja Ampat yang memiliki hutan mangrove dengan kondisi masih baik serta tersebar di beberapa tempat. Hutan mangrove di Yenanas masih baik dan luas, keanekaragaman jenis tumbuhan mangrovenya cukup tinggi dan regenerasi alaminya berjalan dengan baik. Jenis Rhizophora apiculata, Bruguiera gymnorrhiza, B. sexangula dan Xylocarpus moluccensis mendominasi hutan mangrove paling banyak ditemukan di daerah ini.

7. Mencicipi Sagu Bakar Tiga Rasa Khas Serui


Sagu Bakar sesuai dengan namanya merupakan makanan terbuat dari sagu yang dicampur dengan bahan lain seperti parutan kelapa, dan garam atau diberi gula merah di tengahnya. Di Serui, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Yapen, sagu bakar memiliki tiga rasa yang berbeda. Uniknya, rasa gurih dan rasa asli sagu itu tidak hilang meski diolah dengan cara tersebut. Sagu bakar sangat cocok dinikmati bersama minuman manis seperti Teh, Kopi atau Susu. Celupkan Sagu bakar selagi minuman masih panas.

8. Mengunjungi Hutan Mangrove Wondama


Garis pantai Papua adalah surga bagi komunitas bakau. Data Geospasial Biro Informasi (2012) dan Kementerian Kehutanan (2013) menunjukkan bahwa kurang lebih 49,6% dari area bakau di Indonesia ditemukan di Papua. Studi terbaru yang dilakukan Marine Life Unit Konservasi, LIPI menunjukkan Bakau Wondama adalah salah satu yang masih asli di Indonesia. Ukuran besar diameter dan tutupan kanopi menunjukkan tidak adanya intervensi manusia dan terbukti caranya alami hutan itu. Distribusi habitat mangrove tertentu tergantung pada toleransi adaptasi. Keragaman mangrove yang tinggi di teluk Wondama dipengaruhi oleh berbagai habitat di area situs sepert sungai, muara dan pinggiran. Mangrove di Wondama punya spesifik distribusi spesies. Salah satunya Avicennia alba dan A. lanata yang cenderung tumbuh banyak di habitat muara. Bruguiera gymnorhiza adalah jenis mangrove yang dimanfaatkan oleh beberapa suku sebagai sumber pangan seperti suku Biak yang memanfaatkan patinya sebagai sumber karbohidrat, demikian juga dengan kelompok etnik Wondama di pesisir Teluk Wondama yang mengkonsumsi buah matang Bruguiera sp.

9. Explore Teluk Sarawandori Papua


Teluk Sarawandori diambil dari nama Kampung Sarawandori distrik Kosiwo, Kabupaten Kepulauan Yapen, Papua. Sekitar 10 kilometer dari Kota Serui yang terletak persis di bawah Gunung Yamoi. Pemandangan hutan rimbun di setiap sudut tepinya menjadikan suasana Teluk Sarawandori terasa asri dan sejuk. Teluk ini memiliki air berwarna biru toska sebening kaca.Air di sini merupakan kolaborasi antara air tawar dan air laut, membuat warnanya tampak berlapis-lapis.

10. Berwisata ke Kebun Raya Wamena


Papua merupakan pulau yang terkategori memiliki jumlah keanekaragaman hayati flora dan fauna yang besar di Indonesia. Sayangnya, keanekaragaman tersebut kini terancam. Sebagai upaya penyelamatan keanekaragaman bumi Cenderawasih ini, dibentuklah Kebun Raya Wamena. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sejak tahun 1980 telah menginisiasi upaya konservasi kekayaan alam Papua lewat pembangunan Kebun Raya Wamena. Terletak di kawasan perbukitan Gunung Susu, Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, kebun raya ini telah dirintis sejak tahun 1980. Tahun 2012 menjadi tonggak kelahiran Kebun Raya Wamena, ditandai dengan pembuatan masterplan kebun. Setahun berikutnya, program pembangunan Kebun Raya Wamena dimulai. Ada empat fungsi kebun raya, yakni konservasi, penelitian, pendidikan, rekreasi, dan jasa lingkungan.

11. Mengunjungi Kampung Pariwisata Aisandami


Kampung Aisandami resmi menyandang predikat sebagai Kampung Wisata pertama di Kabupaten Teluk Wondama. Ibukota Distrik Teluk Duairi ini menawarkan ekowisata dengan keindahan panorama alam di daratan, pesisir, maupun bawah laut. Tidak hanya itu, ada juga atraksi budaya berupa tarian-tarian adat dan kesenian asli serta tradisi unik lainnya seperti tokok sagu, permainan tradisional Aikikis, serta aktivitas ‘Bameti’ untuk mengumpulkan kerang bia dan kepiting bakau.

12. Berwisata Alam ke Kampung Wisata Eksotik Tablanusu


Lokasi Wisata Tablanusu merupakan salah satu tujuan wisata favorit di Kabupaten Jayapura. Lokasinya terletak di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Kampung ini secara adat terbagi ke dalam sepuluh suku, yaitu Suku Sumile, Danya, Suwae, Apaserai, Serantow, Wambena, Semisu, Selli, Yufuwai, dan Yakurimlen. Bagi penyuka wisata alam, dapat mendatangi hutan desa bersama masyarakat setempat atau menikmati pesona Danau Dukumbo yang masih alami. Di dalam hutan, wisatawan dapat melihat berbagai jenis tumbuhan dan mendengarkan aneka kicauan burung. Sedangkan di danau alamnya terdapat banyak ikan, terutama ikan bandeng, ikan mujair, dan ikan mas. Hal unik lain dari desa Tablanusu ialah, hampir semua bagian dari desa seluas 230 hektare ini ditutupi oleh batuan alam yang kecil dan berwarna hitam. Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Dewan Adat setempat pun, menyelenggarakan Festival Bahari Tanah Merah (FBTM) di kawasan ini setiap tahunnya.

13. Menikmati Riak Sungai Kalibiru


Papua Barat tak hanya punya Pulau Misool dan Pulau Wayang. Jauh dari hiruk pikir wisatawan, Papua Barat juga masih punya "harta karun" yang tersembunyi di Jantung Raja Ampat ini, ada sungai yang airnya sebiru kristal, bernama Kalibiru. Sungai Kalibiru ini terletak di sudut Raja Ampat yang berdekatan dengan teluk Mayalibit. Kalibiru berada dalam rimbunan hutan. Permukaan air sungai yang mengaliri Raja Ampat ini berwarna biru, berpagarkan pepohonan dan vegetasi hijau yang rimbun. . Dinamakan Kalibiru juga karena warna airnya yang biru alami. Menurut penjelasan ilmiah, fenomena alam seperti ini berhubungan dengan penyerapan gelombang cahaya matahari oleh air sungai Kalibiru. Ketika sinar matahari mengenai permukaan sungai, molekul air akan menyerap gelombang panjang warna merah pada spektrum cahaya, baru kemudian warna kuning, hijau dan ungu. Sementara gelombang warna biru diserap yang paling terakhir. Oleh karenanya, mata manusia akan menangkap warna biru sebagai warna yang terlihat oleh mata.

14. Membeli Ikan Asar, Oleh-oleh Khas Papua


Ikan Asar atau ikan asap banyak dijumpai di Kota Jayapura. Bahan dasar Ikan Asar umumnya adalah ikan Cakalang, ikan Ekor Kuning atau ikan Tongkol, dibutuhkan ikan dengan tekstur daging yang cukup padat agar tidak rapuh saat diasapi. Ikan yang dimasak dengan cara pengasapan ini menjadi buah tangan jika berkunjung ke Kota Jayapura, ibukota Provinsi Papua. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, tergantung musim ikan atau tidak. Jika musim ikan meningkat, maka harga ikan asar lebih murah dan bisa dibeli dengan harga Rp35-70 ribu per ekornya, tergantung besar dan kecilnya ikan.  Ikan Asar pada dasarnya adalah sama seperti ikan asap. Namun, yang membedakan adalah cara mengasapinya. Jika ikan asap ditaruh di atas asap secara horizontal, maka ikan asar ditaruh diagonal di sisi bara yang menghasilkan asap.

15. Mencicipi Buah Matoa dari Pulau Kurudu


Salah satu kekayaan hayati flora Pulau Kurudu yang sangat terkenal dan menjadi kekayaan budaya orang Kurudu adalah buah matoa (Pometia pinnata Forst.).Pulau Kurudu merupakan salah satu pulau kecil di Kabupaten Kepulauan Yapen. Pulau kurudu kerap dijuluki Pulau matoa, karena hampir setiap jengkal tanah pulau ini ditumbuhi matoa (Pometia pinnata Forst). Penduduk setempat mengenal 2(dua) spesies tanaman matoa (Pometia pinnata Forst) yaitu Matoa Kelapa dan Matoa Papeda, dengan 288 varietas matoa kelapa serta belum diketahui jumlah varietas matoa papeda. Banyaknya varietas matoa di Pulau Kurudu disebabkan karena secara kultur,penduduk pulau ini menganggap buah matoa sebagai buah surga (heaven fruit) yang menjelma dari manusia menjadi pohon buah-buahan sehingga dilestarikan, tumbuh secara alami atau baik yang disengaja menanam dengan tujuan memperbanyak jumlah kepemilikan pohon matoa.

Nah, itu dia 15 hal yang ingin aku lakukan bila berkunjung ke Papua suatu hari nanti. Semoga terwujud ya. Gimana dengan kalian?


2 komentar: