Minggu, 03 Februari 2019

Menilik Arus Besar Hilirisasi dan Perdagangan Antar Daerah di Sumatera Utara


Menilik Arus Besar Hilirisasi dan Perdagangan Antar Daerah di Sumatera Utara
Perdagangan antardaerah dari 34 provinsi di Indonesia, selain kompleks juga memiliki peran sangat besar pada Produk domestik Bruto (PDB) Indonesia. Melihat hal tersebut, Forum Merdeka Barat menggelar Diskusi Arus Besar Hilirisasi & Perdagangan Antar Daerah di Kantor Gubernur Sumatera Utara.

Acara tersebut dihadiri beberapa narasumber yaitu Rully indrawan selaku Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM, Iskandar Simorangkir selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro & Keuangan Perekonomian RI juga Sabrina, Sekda Prov. Sumut.

Berdasarkan survey Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) mengemukakan bahwa kinerja perdagangan antar daerah terus meningkat. Contohnya perdagangan antar daerah Provinsi Jawa Timur, meningkat 133,55 % dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Selain itu, neraca perdagangan antar daerah Jatim juga mengalami surplus sebesar Rp 164,49 triliun pada tahun 2017, serta surplus Rp 101,15 triliun pda semester I tahun 2018. Nah, pencapaian tersebut menurut Ketua APPSI Soekarwo di tahun 2018, tidak lepas dari strategi yang tepat & inovatif. Jadi, sudah sepatutnya kita apresiasi.

Indonesia sebagai negara kepulauan, tentu saja perlu menerapkan strategi perdagangan, yang memperkuat pasar domestik dengan model ekonomi negara kepulauan. Melihat potensi besar dari perdagangan antar daerah tersebut, Presiden Joko Widodo menaruh perhatian khusus. Jadi, dalam rapat koordinasi APPSI di Surabaya pada 21/11/2017, Presiden menekankan pentingnya koordinasi antar pusat daerah kemudian daerah dengan daerah.

Hal tersebut bertujuan agar perdagangan antar daerah mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Presiden secara khusus memberikan mandat pada Kementerian Perdagangan untuk melakukan konsolidasi dalam penanganan perdagangan antardaerah.

Nah isi mandat presiden tersebut adalah pertama, menjaga ketersediaan dan stabilisasi harga bahan pokok dan barang penting. Kedua, mengutamakan penyerapan produksi dalam negeri. Ketiga, meningkatkan ekspor dan menjaga neraca perdagangan. Dan terakhir keempat, membangun dan merevitalisasi pasar rakyat.

Kita harus tahu kalau setiap daerah memiliki kelebihan masing-masing. Seperti dalam hal produk, komoditi serta berbagai potensi lainnya yang dibutuhkan provinsi lainnya. Kalau bisa bersinergi, maka akan semakin baik. Oleh karena itu, perdagangan daerah tidak semata-mata terorientasi ke luar negeri, namun juga antar daerah bisa jadi prioritas.

Sejalan dengan meningkatnya perdagangan antar daerah, program hilirisasi produk unggulan daerah pun menjadi penting untuk dilaksanakan. Langkah tersebut dimaksudkan untuk menaikkan nilai tambah produk unggulan hingga ratusan persen.

Di Sumatera Utara pertumbuhan perekonomianya berada di atas nasional, yang berasal dari pertanian, perhutanan dan perkebunan. Sumatera Utara mempunyai potensi yang bagus dengan di dukung SDA yang melimpah ruah, dan berpotensi untuk terus di kembangkan. Produk unggulan Sumatera Utara diantaranya Industri Kelapa sawit, Industri Karet, Kayu, Cokelat, Kopi, Hasil laut dan Aluminium.

Produk kopi mentah di Sumatera Utara, tadinya hanya Rp 10.000, bisa naik hingga 300% setelah komoditi, diolah/disangrai dengan mesin penggiling. Selain menaikkan nilai tambah, produk di desa juga dapat menyerap tenaga kerja. Mesin penggiling kopi misalnya, membutuhkan lima pekerja operator dengan asumsi bisa digunakan 20 pertani. Jika konektivitas di Sumatera Utara di benahi maka mobilitas barang akan semakin cepat dan murah.

Kopi yang diolah juga membutuhkan distributor yang bertugas menyalurkan produk hilir berupa bubuk kopi ke kota. Hilirisasi produk mentah menjadi produk barang jadi, dengan nilai tambah terus meningkat tajam. Pada giliran berikutnya, hal tersebut akan meningkatkan kesejahteraan daerah.

Menurut Rully Indrawan, selaku Deputi Bidang Kelembagaan Kemenkop UKM, menyatakan bahwa aspek penting bagi bangsa dalam perdagangan antar daerah diantaranaya UMKM yang menggerakan ekonomi nasional dan koperasi sebagai bagian dari pembangunan UMKM yang lebih kuat.

Empat tahun lalu telah dilakukan revormasi total. Pertama revormasi koperasi sebagai alat untuk membangun ekonomi masyarakat kelas meengah, kelas bawah ataupun keseluruhan. Kedua rehabilitasi, diantaranya melakukan pendataan elektronis, jadi saat ini ada 43 ribu koperasi yang tercatat benar-benar sehat.

Potensi tersebut terdapat di Sumut, ada 900 lebih koperasi yang sudah NIK artinya koperasi yang sudah siap membantu masyarakat dan membantu membina masyarakatnya. 22% KUR bisa turun, tapi terus menurun saat ini 7%. Dengan kebijakan KUR menjadi 7% diharapkan daya saing meningkat.

Persoalaan hilirisasi perdagangan, koperasi menjadi bandul penguat bagi upaya meningkatkan nilai tambah jatuh ke daerah. Hal tersebut tidak bisa berjalan sendiri, perlu support pemerintah pusat dan daerah. Sejauh ini sudah ada success story dari Sumut untuk mengembangkan optimalisasi hilirisasi itu terjadi dan juga perdagangan antar daerah.

R. Sabrina mengungkapkan pada hilirisasi daerah, harus diketahui ketersediaan bahan-bahan yang dihilirisasi dan bagaimana pengolahan produk-produk tersebut, nantinya akan berdampak pada nilai daya saing produk yang mencerminkan pertumbuhan ekonomi di Sumut. Wilayah pantai timur di Sumut mempunyai infratruktur lebih baik, secara geografis pantai timur juga lebih datar dan subur.

Potensi pertanian, kehutanan dan perikanan memegang 21,07% dari struktur PDRB, diambil dari data triwulan 3 tahun 2018. Neraca perdagangan surplus. Saat ini tercatat baru 17 dari 34 kabupaten kota di Sumut yang masih terus berproses. Perdagangan antar daerah di sumut merupakan daerah surplus, sehingga sumut yang memasok ke daerah-daerah.

Proyek infratruktur di Sumut diantaranya EBT kemudian bendungan Lausimeme , kemudian pelabuhan dan kawasan industri kuala tanjung lalu kawasan ekonomi khusus Seimangke , kawasan industry Medan kemudian kita buat LRT

Hilirisasi produk daerah di Sumatera Utara telah berkembang baik, begitupun masih memiliki peluang besar untuk terus ditingkatkan.

Hal tersebut mengingat:

1. Ketersediaan bahan secara lokal yg diolah (hilirisasi)
2. Masih banyak jenis-jenis produk turunan (derivatif) dari produk unggulan daerah yg belum dikembangkan
3. Infrastruktur pndukung di Sumut. yg berkembang pesat.

Semoga dengan adanya Hilirisasi dan kolaborasi, menjadikan daerah-daerah di Indonesia jadi lebih baik dan meningkatkan Sumber Daya Manusia dan Alamnya.

7 komentar:

  1. mari mendukung sumut untuk terus berkembang... yeayy.. tulisan ini cukup berat bagi otakku, salut sama neca bisa nulis se apik ini. love.

    BalasHapus
  2. Ini penting jadi perhatian semua pihak, tak terkecuali yang tinggal di pedesaan, supaya berkemauan untuk berkontribusi agar terciptanya SDM yang mumpuni.

    BalasHapus
  3. Jujur kalo bukan karena tulisan ney aku gak bakal tau program tentang hilirisasi ini karena seperti tidak terjangkau buat awam. Tapi jadi tau banyak banget komoditi sumatra utara ya

    BalasHapus
  4. Wah byk juga ya ternyata proyek infrasturkur d medan. Baru ngeh aku ney

    BalasHapus
  5. Sumut ini berpotensi sekali yah ,sis. Banyak produk unggulan di sumut ini.

    BalasHapus
  6. wow aku jadi lebih melek, walaupun bukan asli sumut, tapi aku sangat mendukung sumut semakin maju

    BalasHapus
  7. Berat kali pembahasannya. Ga ngudeng wkwk

    BalasHapus