Jumat, 15 Februari 2019

# TECHNOLOGY

Mengenal Financial Technology yang Ramah bagi Millenial bersama Pojok Literasi Medan

Mengenal Financial Technology yang Ramah bagi Millenial bersama Pojok Literasi Medan

Sebagai generasi millenial yang hidup di era digital, sudah sepatutnya kita lebih intens lagi memikirkan perihal Financial Technology. Agar tidak terlalu jauh ketinggalan informasi, maka beberapa hari lalu (21/3/19) aku mengikuti kegiatan Pojok Literasi Medan yang diselenggarakan oleh Direktorat Informasi dan Komunikasi Perekonomian dan Maritim, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, serta Kementerian Komunikasi dan Informatika. Acara ini bertema 'Financial Technology yang Ramah bagi Millenial' berlangsung di Cafe Potret Medan.

Acara dimulai tepat pukul 14.00 WIB, diisi oleh empat pemateri yang kompeten dibidangnya, diantaranya Septriana Tangkary selaku Direktur IKPM Kemenkominfo, Rosarita Niken Widyastuti selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informasi RI, Sondang Martha Samosir selaku Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan OJK dan Melvin Mumpuni CFP selaku Founder & CEO Finansialku.

Mengenal Financial Technology yang Ramah bagi Millenial bersama Pojok Literasi Medan

Dipandu oleh Wardah Fajri selaku Founder BloggerCronny, bersama puluhan blogger dan mahasiswa, acara terbilang meriah karena antusias anak muda yang tidak sabar mendengar paparan dari empat pemateri. Pada materi pembuka, diawali oleh Septriana Tangkary yang menjelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah pengguna internetnya nomor 4 (empat) terbesar di dunia. Pada tahun 2014, lembaga riset pasar e-marketer mencatat Indonesia sebagai negara keenam dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia (83,7 juta orang).

Pada Januari 2017, data agensi digital Amerika Serikat, we are social, penetrasi internet di Indonesia telah mencapai 51% atau sekitar 132,7 juta orang. Jumlah ini tentu akan terus meningkat seiring dengan pelaksanaan proyek penanaman serat optik Palapa Ring di beberapa wilayah Indonesia Barat dan Timur yang belum terjangkau internet oleh pemerintah.

Dari 132,7 juta pengguna internet di Indonesia, sebanyak 106 juta diantaranya adalah pengguna aktif media sosial. Nah, angka yang terbilang besar ini pasti ada aku dan kamu salah satunya. Kebanyakan dari jumlah tersebut adalah Generasi Millenials dengan rentang usia 20-34 tahun. Internet merupakan bagian integralnya. Media yang kebanyakan diakses diantaranya Youtube (49%), disusul dengan media sosial lain, seperti Facebook (48%), Instagram (39%), dan Twitter (38%). Hmm, ternyata blog tidak masuk hitungan pemerintah, apakah budaya literasi membaca blog sudah mulai menurun?

Kalau dilihat dari Laporan World Economic Forum (2015) memprediksi bahwa Indonesia akan menjadi salah satu pasar digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020. Hal ini mempertegas peluang keuangan digital, diperkuat dengan kenyataan baru sekitar 36 persen orang dewasa di Indonesia yang memiliki rekening di bank atau sekitar 120 juta orang masuk dalam kategori unbanked.

Kontradiksinya, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat 132,7 juta orang Indonesia telah terhubung ke internet, berkat perkembangan infrastruktur dan mudahnya mendapatkan smartphone atau perangkat genggam. Angka ini naik pesat dari tahun 2014 yang hanya mencapai 88 juta orang.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah berupaya meningkatkan literasi keuangan melalui diseminasi informasi positif kepada seluruh lapisan masyarakat. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 Tahun 2015 tentang Pengelolaan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika, khususnya Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, ditunjuk untuk memegang tanggung jawab sebagai pelaksana diseminasi dan edukasi tersebut melalui seluruh saluran komunikasi yang tersedia.

Selanjutnya, materi disambung oleh Rosarita Niken Widyastuti yang memaparkan perihal tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, sebagian juga menjadi tugas kita bersama. Beberapa fakta diungkapkan bahwa beberapa orang hanya mampu hidup 7 menit saja tanpa ponsel. Mengakses internet rata-rata 8-11 jam perhari, minat baca rakyat Indonesia mendapat peringkat ke 60 dari 61 negara. Ibaratnya nih kalau di kelas, kita rangking dua. Iya, tapi dari urutan belakang. Miris gak tuh? Dari segi membaca media cetak, intensitas baca koran rakyat Indonesia hanya 12-15 menit per hari.

Fakta berikutnya, 4 dari 10 orang aktif di social media, 60% tak punya tabungan rekening, tetapi 85% punya ponsel, benar gak? smartphone dan tabungan rekening itu sama-sama penting, jangan sepelekan tabungan rekening. Padahal kalau kita sadar akan pentingnya Financial Technology, menyimpan uang secara digital ini sangat melindungi dan memudahkan generasi millenial. Mau sampai kapan menyimpan uang di bawah bantal?

Nah, terkait dengan Financial Technology tersebut, Sondang Martha Samosir menjabarkan beberapa hal tentang kategori Financial Technology diantaranya Payment, Crowdfunding, Capital Market, Digital Banking, Insurtech dan Supporting Fintech.

Faktanya, beberapa orang enggan terjun ke Fintech dikarenakan takut pada kejamnya dunia digital. Padahal OJK (Otoritas Jasa Keuangan) telah menyusun pengaturan terkait usaha Fintech dan perlindungan konsumennya. Seperti:

Peraturan OJK No. 1/POJK.07/2013 tentang Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan. WAJIB dilaksanakan oleh seluruh Pelaku Usaha Jasa Keuangan, termasuk pada layanan Fintech-nya.

Peraturan OJK No. 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi (Peer-topeer Lending). WAJIB dilaksanakan oleh perusahaan yang terdaftar sebagai P2P lending.

Peraturan OJK No. 37/POJK.04/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding). WAJIB dilaksanakan oleh perusahaan yang terdaftar sebagai Layanan Urun Dana (Equity Crowdfunding).

Peraturan tersebut mengatur perusahaan Fintech untuk menerapkan aspek-aspek perlindungan konsumen dan mendorong pemahaman konsumen (literasi) terhadap fitur produk yang ditawarkan. Saat ini terdapat 99 perusahan Fintech Lending yang berizin dan terdaftar di OJK.

Terakhir, pembahasan langsung pada bukti bahwasanya Financial Technology, semakin berkembang dan mampu mengubah hidup seseorang jadi lebih baik. Seperti Melvin Mumpuni CFP yang telah suskes sebagai Founder & CEO Finansialku. Beliau sebagai anak muda kreatif Indonesia mengajak seluruh para peserta untuk terus menggali potensi, di dunia digital banyak hal yang bisa dikerjakan. Apalagi terjun ke dunia startup. Kenapa? Melvin melihat bahwa kelak Indonesia akan lebih intens menggunakan mesin, Financial Technology semakin berkembang nantinya akan sedikit menggunakan jasa manusia, selebihnya akan dikontrol mesin. Maka bersiaplah ambil bagian.

Mengenal Financial Technology yang Ramah bagi Millenial bersama Pojok Literasi Medan

Jadi, mengenal Financial Technology tidak hanya sebatas apa itu keuangan digital. Karena lebih dari itu kita juga harus paham bahwa nantinya kita akan dihadapkan oleh kenyataan tindakan kejahatan. Nah, untuk bersiap menyambutnya maka dari itu juga harus siap mempelajarinya. Kamu, sudah siap belum ambil andil sebagai pelaku Financial Technology?

Yuk, terus gali pengetahuan bersama Pojok Literasi.

6 komentar:

  1. event seperti ini nih yang pas banget dihadiri buat generasi "zaman now" biar hidup jadi lebih terarah dan gak menyalahgunakan teknologi.

    BalasHapus
  2. Kick off event ini di Medan, dapat dikatakan sukses ya, Ney. Semoga semakin sering ke sini. Gak cuma berpusat di Jawa aja.

    BalasHapus
  3. Pembahasan mengenai literasi keuangan itu penting ya ney apalagi bagi genrerasi milenial. Biar kebih aware . Cakep sekali pembicaranya.

    BalasHapus
  4. Acaranya super berbobot dan sangat mengedukasi seputar fintech ya ney.����

    BalasHapus
  5. Walaupun kaka hadir tapi..masih..ga..ngudeng.. Wkwk

    BalasHapus