Rabu, 17 Juni 2015

# FRIENDSHIP

Selamat Pagi, Teman Lama


Aku tahu, engkaulah orang yang akan selalu memperhatikanku dari jauh. Sekalipun kau berusaha menapik itu, sekalipun semua sosmed kau alihkan agar tak mengetahui apapun tentang aku. Tapi kau tak bisa pungkiri bahwa dalam beberapa momen kau pasti akan merindukan aku. Ya kaaaan? 
Ini hari terakhir memasuki bulan Ramadhan. Aku ingin menyapamu lewat ini, rumah maya yang katamu selalu kau singgahi. Agar tak ada lagi yang mengganjal dalam benak kita memasuki bulan Ramadhan. Hei, kau tahu tidak, karena hobi stalking-mu itu aku jadi tidak bisa bergerak, iya tidak bisa. Dulu sebelum aku tahu kaulah orang yang selalu “mengusik”-ku di twitter, aku selalu bergalau ria, aku menyapa siapapun tanpa sensor di twitter, karena aku tahu tidak ada satupun orang yang akan memperhatikan aku di sana, tidak akan ada yang peduli seperti layaknya di facebook.

Awalnya aku tidak tahu kalau kapten apalah itu adalah kau. Hei teman lama, awalnya aku juga tidak peduli, toh memang banyak yang menggemariku diam-diam. Haha, seperti yang kau katakan, “itu resiko orang manis” tapi sejak usikan yang keberapa aku malah berbalik jadi stalker twittermu, aku merasa bahasa seseorang di twitter itu seperti bahasa seseorang yang selalu menenangkan aku kala terjatuh. Aku hafal semua cara menulismu. Aku hafal kosakata yang slalu kau ucapkan padaku, sekalipun pembicaraan kita terkadang bisa dihitung. Benar kan, dulu aku slalu menunggu malam minggu agar bisa bercerita padamu tentang hari-hariku selama seminggu. Wuihh, tapi sekarang mah sudah beda keadaannya, ah lupakan.
Aku selalu hafal sifatmu yang melarangku untuk menceritakan apapun setiap hari, kau katakan bahwa aku harus menyimpannya agar besok-besok ada hal yang akan kita bahas. Kau pas seperti senja, singkat tapi sangat dirindukan, menyenangkan, menenangkan. Kau tidak pernah mendengar aku memujiku kan? Kau slalu saja memujiku berlebihan, maka kali ini biarkan aku memujimu di sini. Biar semua orang tahu kalau aku pernah punya teman lama sepertimu.
Oh ya, maaf kalau kemarin kau pernah katakan bahwa aku berubah. Dari awal aku murni ingin menganggapmu sebagai sahabat. Tak peduli jika orang mengatakan bahwa semua itu omong kosong. Mereka bilang tidak ada lelaki dan perempuan yang bersahabat tanpa rasa suka. Aku kira kau tidak percaya itu. Tapi aku tetap keukeuh pada prinsipku bahwa kaulah sahabatku. Jadi, sejak aku tahu bahwa seseorang yang memperhatikanku di twitter itu adalah kau, aku tidak tahu harus apa. Sungguh aku berpikir panjang, aku bahkan berniat berpura-pura tidak tahu sampai kapanpun, agar persahabatan kita tetap baik.
Tapi ternyata kau sendirilah yang tidak tahan untuk itu, sampai akhirnya kaulah yang menunjukkan jati dirimu sendiri. Bahkan berbicara padaku seolah sejak awal aku sudah mengetahui bagaimana perasaanmu padaku. Tapi aku tidak akan lebih jauh mempermasalahkan itu. Aku menulis ini hanya ingin menyapamu, aku ingin mengatakan bahwa aku memaafkanmu, maaf kemarin aku tak membalas pesan maafmu. Maka sejak saat ini anggaplah kita hanya anak kecil berpakaian SD seperti sekolah dulu. Jika kita bertemu lagi, jangan ingat-ingat bahwa kau pernah punya perasaan padaku. Anggaplah kita hanya teman lama yang mungkin akan bertemu lagi, suatu hari nanti.
Soal semua janji-janjimu, lupakanlah. Sekalipun aku tipe orang yang selalu merengek menagih janji siapapun yang menjanjikan padaku. Tapi bagiku, aku tak punya hak menuntut apapun padamu.

4 komentar:

  1. "tipe orang yang selalu merengek menagih janji siapapun yang menjanjikan padaku"....

    Aku hapal seperti apa kata itu,, hahahhh

    BalasHapus
  2. Temennya ganteng. Wkwkwk :P

    BalasHapus