Senin, 25 Agustus 2014

# TRAVEL

Pantai Mutun, Surga di Ujung Sumatera

Pantai Mutun
Sebagai pecinta pantai, aku antusias sekali saat ditawari mengikuti Pelatihan Jurnalistik Nasional (PJN) oleh sesama kru di Lembaga Pers Mahasiswa Dinamika IAIN Sumatera Utara yang tengah aku geluti sekarang. Tahu kenapa? Karena PJN yang diselenggarakan oleh UKPM Teknokra Universitas Lampung ini mengajak para peserta PJN yang merupakan perwakilan Pers Mahasiswa dari seluruh Indonesia untuk pelesiran ke Pantai pada hari terakhir pelatihannya. Nah biasanya sih, para kru di LPM ku ini, akan mengincar filed trip-nya ketimbang materi jurnalistiknya, hihi *ssssttt . Nah, termasuk Aku. So, ke pantai apa kita akan menuju? Yup, sesuai judul postingan ini, Pantai Mutun. Terletak di Lampung, dimana Lampung merupakan pembatas antara Pulau Sumatera dan Jawa. Maka dari itu aku menyebut Pantai Mutun sebagai Surga di Ujung Sumatera. Bagaimana potret surga itu? Yuuk simak..

Setelah tiga hari dicekokin dengan materi jurnalistik dan reportase lapangan yang sebenarnya juga sudah sering dibahas di Medan, materi apa? Ini silahkan mampir, siapa tahu ilmunya nyantol >> Kata Kunci dalam Pengelolaan Website PersKampus, Sosialisasi Antisipasi Problematika Media Siber. Akhirnya tibalah masa dimana otak kita-kita direfresh.. Yuhuuu..^^
28 Mei 2014, sekitar pukul delapan pagi bus pariwisata yang akan membawa kami terbang meluncur ke Pantai Mutun sudah menunggu. Setelah sarapan pagi, kami cuuuss berangkat. di sepanjang penjalanan menuju Pantai Mutun ini, terlihat pepohonan tinggi menjulang, juga beberapa bukit yang indah. Nah, beda dengan Medan, kalau mau lihat bukit-bukit begini ya harus jauh-jauh meninggalkan Medan menuju arah Brastagi yang memang di sanalah letak berjajarnya gunung-gunung.
Tugunya Pantai Mutun - Masih sederhana banget
Tapi sayangnya, perjalanan sejauh 25 km yang memakan waktu sekitar kurang lebih 30 menit dari kota Bandar Lampung ini tidak semulus yang aku bayangkan. Eh tapi, di Medan juga gitu sih, kalau mau ke arah pantai juga jalannya pasti tidak terawat (*gimana sih ni pemerintah) dengan keadaan bus yang besar, kami harus melewati jalanan yang belum diaspal, sempit pula.
Kondisi jalan menuju Pantai Mutun
Ya tapi tidak mengapa, sesampainya di bibir pintu masuk Pantai Mutun, aku melihat hempasan karang yang terbawa ombak pantai, indah-indah sekali. Belum lagi bebatuan yang memiliki bentuk yang unik, kesalku terbayarkan. Subhanallah, di Medan belum pernah aku mendatangi Pantai sebiru ini, pasir seputih ini, dan suasana sepanaaaaaaaaaaas ini *hiiss dan apa yang pertama aku lakukan? Ya jelaslah motret. Kapan lagi mengabadikan momen terbaik dalam hidupku ini.
My Y -.-
Untuk memasuki Pantai Mutun yang beralamat di Jl. Pematang Rinjing, Desa Sukajaya Kecamatan Pandang Cermin Kabupaten Pesawaran Propinsi Lampung ini, kita akan dikenakan biaya parkir mobil Rp 10.000, kereta/sepeda motor Rp 5.000 dan perorangan 5.000. Nah, cukup murah kan? Lalu selain melihat-lihat pemandangan yang indah di Pantai Mutun ini, apalagi yang bisa kita lakukan? Tentu saja banyak. Anda bisa berenang di tepi pantai, bermain-main pasir, bertamasya bersama keluarga dengan membentang tikar di bawah-bawah pohon rindang di tepian pantai. Juga bisa menyewa pondok dengan harga Rp 20.000-50.000/ pondok tergantung besar kecilnya pondok. Dan di Pantai Mutun ini juga ada waterboom-nya juga loh, harganya sekitar Rp 10.000/orang.
Pondok siap disewa
Selain itu, kita juga bisa menikmati beberapa wahana air seperti berenang dengan ban karet/pelampung (RP 10.000/ban), meluncur dengan Banana Boat seharga Rp 25.000/orang, itu pun jika sudah terkumpul minimal empat orang baru Banana Boat akan melaju dengan bantuan Perahu Jetsky. selain itu juga ada wahana air bernama Kano dengan harga sewa Rp 15.000 untuk kapasitas satu orang dan Rp 30.000 untuk kapasitas dua orang. Nah, menarik bukan? Liburan anda tidak akan sia-sia.
Bisa main beginian dengan menyewa ban karet
Banana Boat
Kano
Tapi sayangnya, aku tidak menaiki itu semua. Huaaaa, padahal aku kepingin. Tapi aku dan beberapa kru peserta PJN lainnya diajak untuk “cuci mata” di Pulau Tangkil. Lah, aku sempat nanya sama salah satu kru asli Lampung, “Itu Tangkil nama apaan sih?” dianya jawab “Semacam Melinjo gitu.” (*wee orang Lampung, benar gak sih?) kok aku gak lihat ada pohon melinjo di Pulau Tangkil? Sudah dibabat habis kali ya? Yang aku lihat, Pulau Tangkil ini dikelilingi nyiur pohon kelapa, dan pohon-pohon rindang lainnya. Sejuk eeuuy..
Keren kan? kalau ke sini, betah deh!
Kru-kru UKPM Teknokra mempropokatori, katanya kalau ke Pantai Mutun tanpa singgah ke Pulau Tangkil itu tidak sah *dalam rangka mempropokatori kru yang tidak ikut ke Pulau Tangkil dan memilih nepi di Pantai Mutun. Karena letak keeksotisannya lebih berasa di Pulau Tangkilnya. Wuih, setelah naik perahu dengan harga Rp 10.000/orang dan dengan jarak tempuh sekitar 15 menit, mataku benar-benar berasa kecuci, ih beneran loh. Selama ini aku cuma lihat air laut sehijau ini ditelevisi doing, nah sekarang ada di depan mataku. Ini nih lihat..
Yang ini lagi lebih kereen, ijoo men \(^o^)/
Belum lagi setelah menginjak Pulau Tangkil, aku seperti menginjak tepung terigu. Tahu tepung terigu kan? Putih banget kan? Lembut kan? Pasir putih itu lembut membelai telapak kakiku, rasanya ingin sekali mengoleskannya ke wajahku, bisa makin mulus *eh emang masker. Suara desiran ombak yang teduh menambah antusiasku untuk menjelajahi air pantai ini. Meskipun pasir putih ini panasnya woow karena tersengat matahari yang tepat berada di atas kepala, ya aku tidak peduli. Kalau ntar kulit jadi gosong ya biarin saja. Padahal membatin *aku perawatan banget ini supaya jaga kulit biar gak hitam, lah nge-hiteminnya semenit aja bejemur di pulau ini*
Panas euyy, kaki berasa nginjak bara. Tapi betaahh ^^
Ternyata, suasana di Pulau Tangkil lebih memesona ketimbang di Pantai Mutunnya sendiri. Karena pasirnya lebih bersih, juga lebih sunyi, jadi leluasa untuk menikmati airnya *leluasa menggosongkan kulit kali. Di pulau ini juga terdapat pondok-pondok sama seperti di Mutun, yang bisa digunakan untuk meneduh diri. Juga ada penyewaan ban, Banana Boat, Kano, dan di sini ternyata juga ada wahana Paralayang (*eh paralayang kan namanya? Yang terbang pakai balon terbang terus digeret pakai perahu jetsky itu loh) jadi, yang pengen menguji adrenalinnya pada ketinggian, bisa coba wahana ini, palingan kalau jatuh kan ke air hihi palingan juga dilalap sama paus.
Siap-siap terbang, Om ^^
Goo mendaraaat..
Di pulau ini juga masih ada batasan air yang tidak boleh disinggahi pengunjung. Karena air yang terbilang dalam, dikhawatirkan pengunjung pada penasaran yang akhirnya bisa tenggelam. Tapi ya namanya manusia kalau dilarang pasti makin penasaran, kadang masih ada juga yang sedikit-sedikit menginjak batas larangan.
Dilarang Berenang di Area Ini!!
Nah selesai berbasah-basah ria di tepian pantai, jangan takut tidak bisa mengganti pakaian basah dengan yang kering. Karena pantai ini menyediakan fasilitas kamar mandi umum. Tapi tidak gratis, *tidak ada yang gratis di dunia ini, Bro. Cukup membayar Rp 2.000 untuk biaya kebersihan.
Setelah puas, kembalilah kami ke Pantai Mutun dengan menaiki perahu yang tadi kami naiki saat berangkat, dengan syarat ya dipesan dulu kalau nanti pulangnya bakal naik perahu itu lagi. Tapi jika tidak pun tidak mengapa, karena akan ada saja perahu yang berlalu lalang, itupun kalau sedang weekend, kalau hari biasa belum tentu ada.
Naik ini untuk ke Pulau Tangkil
Puas berenang, pasti lapar kan? Aku saja yang tidak berenang saja laparnya pake banget. Ya karena memang sudah masuk jam makan siang. Untuk kamu yang tidak membawa bekal makanan dari rumah, kamu bisa membeli makanan dari pedagang yang ada di sekeliling Pantai Mutun. Mulai dari Bakso, rujak sampai es krim pun ada. Ya tahu lah kalau harga jajanan di pantai gitu *mahal.
Ini baru sebagian kru yang ikut nyeberang.
Menikmati panorama keindahan bak Surga di Pantai Mutun dan bermain di Pulau Tangkil sudah, berenang ria sudah *belum ding* foto-foto sudah, makan sudah. Lelahnya? Ya tinggal lelahnya nih, waktunya kembali ke penginapan. Rasanya ingin rebahan. Meluncur ke bus, tepar deh.
Potret Pulau Tangkil dari seberang Pantai Mutun
Untuk kamu yang dari luar Lampung atau bahkan tinggal di Lampung tapi belum pernah main ke Pantai super indah bagai surga ini *emang pernah ke surga? Jangan lupa bawa sunblock yee. Soalnya mataharinya terik, Men. Ntar kulit kamu-kamu gosong, mending kalau eksotis, kalau gosong ireng kan gak lucu. Oke deh, selamat berpelesiran ya..
sumber foto: doc pribadi

10 komentar:

  1. Meskipun gw ga bs menikmati ombak pantainya.....
    bukan karna ga kesana.. (tp karna emang gw ga bs berenang,hahhaa

    Pulau Tangkil & Pantai Mutun saluutttttt !!!

    kereeenn............

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gak harus berenang kok ka, lari-larian aja gitu kyk film India jg ud keren :D

      Hapus
    2. ciee yang suka pelem indiaa :D

      Hapus
  2. pantainya keren, ajakin aku kesanalaah :((( sambil ditraktir ongkosnyaa :p hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yaelah, adek aja sekali kesana aja uda alhamdulillah, mau berkali-kali tambah alhamdulillah tambah lg ngajak abg. Wuihh. Kalo bisa uda adek ajak abg sama si gadis jg :D

      Hapus
  3. Menarik. Kapan-kapan bisa kesana................

    BalasHapus
  4. Balasan
    1. iyadooong :p namanya buatan Tuhan. cak buatan c*na :p

      Hapus