Selasa, 15 November 2016

# BOOK

[RESENSI] MILEA, SUARA DARI DILAN KARYA PIDI BAIQ

[Resensi] Milea, Suara Dari Dilan Karya Pidi Baiq
Kunjungi Book Blog aku ya Bacaanesia.blogspot.com :)

“Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu.”

Milea, Suara dari Dilan. Novel ini adalah serial ketiga dari novel Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1990 dan Dilan, Dia adalah Dilanku tahun 1991. Jika pada serial pertama dan kedua merupakan cerita versi Milea. Di serial ketiga ini adalah versi Dilan.

Judul           : Milea, Suara dari Dilan
Penulis        : Pidi Baiq
Penerbit     : Mizan Pustaka
Cetakan    : I, 2016
Tebal          : 360 Halaman
ISBN            : 978-602-0851-56-3
Harga         : Rp 79.000,-

                            
Jika ditelisik dari covernya, novel ini terbilang memiliki desain yang simple dengan font yang eye cathing pula. Berlatar warna abu-abu yang mencirikan anak SMA. Hanya dilengkapi ilustrasi Milea yang berdiri sambil menunduk, mungkin menandakan penyesalan Milea atas segala kesalahpaham yang akhirnya membuat Dilan harus mengklairifikasi semuanya lewat novel ini. Itu hanya menurutku hihi.

Serial novel ini menggambarkan seolah penulisnya, Pidi Baiq sangat berbaik hati untuk mengorek kisah cinta Adnan dan Milea sedetail-detailnya. Jika di seri pertama dan kedua novel tersebut terkesan seperti intrik menaklukkan hati seorang wanita. Maka di novel ini juga menggambarkan bagaimana Milea benar-benar menguasai Dilan. Meski sejujurnya tidak ada yang bisa memiliki siapapun secara utuh.

“Berkat Lia, aku jadi tidak merokok meskipun sebenarnya masih merokok, tetapi dengan cara jangan sampai Lia tahu.”

Dilan anak yang baik, sebenarnya. Meski pada kenyataannya orang lain lebih mudah menilai orang lain dari covernya, apalagi dari teman dekatnya. Seperti itulah yang dialami Dilan. Dilan memiliki geng motor, dan dialah yang menjadi ketua gengnya. Banyak rintangan silih berganti menghampiri hidup Dilan. Terlebih kisah cintanya pada Milea.

Bagi Dilan, geng motor dan para sahabat yang tergabung di dalamnya bukan sekedar geng kumpul-kumpul biasa. Mereka adalah kebahagiaan sesungguhnya. Bebas lepas melakukan apapun tanpa canggung, kebahagiaan yang bagi Dilan ingin ia rasakan sampai kapanpun. Namun semua tidak berlangsung lama.

Milea, cintanya pada Dilan membuat Milea seakan memiliki Dilan seutuhnya. Milea seperti ingin ikut melihat apa yang Dilan lihat, ingin merasa apa yang ada di hati dan pikiran Dilan. Bahkan kalau bisa, Milea juga ingin ikut saat Dilan ingin ke kamar mandi. Hehe :)

Cinta apa begitu ya? Ia, aku sebagai wanita ingin mengatakan bahwa begitulah cinta, saat seorang wanita sudah menjatuhkan hati pada satu lelaki, maka lelaki itu sangat penting dan berarti baginya. Seperti dua orang yang saling mencinta itu menjadi satu tubuh. Satu dalam penglihatan, rasa dan pendengaran.

Sayangnya, sahabat-sahabat Dilan merasa kehilangan Dilan yang dulu. Hari-hari Dilan dihabiskan bersama Milea. Dengan segudang cerita cinta romansa yang tiada tandingannya. Dilan lelaki yang romantis, ada saja bahan pembicaraan yang bisa membuat Milea tersenyum dan bangga padanya. Tetapi adakah kebahagiaan yang abadi?


“Kenapa kamu gak pernah marah ke aku?
Aku pasti marah ke orang yang berani marahin kamu. Masa, aku sendiri marahin kamu.”

Sahabat Dilan, Akew meninggal dikeroyok orang tak dikenal. Milea dan menduga Akew meninggal pasti karena dendam sesama geng motor, seperti perkelahian yang sering dilakukan geng motornya Dilan, hal yang selalu membuat Milea khawatir hingga menjatah jam pulang Dilan, yang menyatakan bahwa Dilan harus sudah di rumah sebelum pukul sembilan malam. Yaah, itu peraturan wajar fikir Dilan, tidak ada satu pun orang di dunia yang ingin orang yang dicintainya celaka. Demi kebaikan Dilan, maka Milea "mengatur" hidup Dilan. Dan hal itu juga disetujui Bunda.

Bundanya Dilan sangat sayang pada Dilan, memberikan Dilan kebebasan karena Bunda percaya bagaimana perangai Dilan. Dan Dilan tidak akan pernah menghancurkan kepercayaan Bunda. Bunda juga sayang pada Milea, karena Milea juga mampu mengontrol Dilan dengan cara yang positif, meski tidak bagi sahabat-sahabat Dilan.

Hal itulah yang dikhawatirkan Milea, Milea takut akan terjadi hal yang sama padanya seperti yang dialami Akew. Akhirnya Milea memutuskan untuk melarang Dilan ikutan geng motor. Milea seperti memusuhi Dilan, bahkan Dilan juga merasa dimusuhi keluarganya saat Ayah Dilan tahu kabar meninggalnya Akew disebabkan pengeroyokan yang diduga akibat geng motor.

Dilan merasakan hidupnya seperti tiada dukungan, di saat dia benar-benar terjatuh, orang yang ia sayang malah melepaskan tangan, tak ada niat untuk menggenggam. Sampai akhirnya Milea menyatakan ingin putus dari Dilan.

Dunia seperti tak ada artinya. Apalah yang bisa Dilan katakan, jika kenyataan yang di depan mata Milea pergi berdua dengan lelaki lain. Secepat itukah ia membuka hati. Dan begitu pun dengan Dilan, yang akibat pernyataan sahabatnya yang mengatakan bahwa Dilan juga sudah memiliki pacar. Maka, runyamlah urusan perasaan ini. Meski keduanya masih saling mencintai.

“Aku tidak cemburu, dia adalah bagian dari diriku. Dia adalah teritorialku, wilayah yang sudah menjadi milikku.”

“Kamu rindu?” 
“Iya, Lia. Aku rindu,” 
“Benar kata kamu, rindu itu berat,” 
“Ya, udah, aku aja yang rindu.” 
“Kamu pernah bilang begitu, dulu,”

Sebenarnya ini kisah remaja biasa, menurutku kenapa novel ini digandrungi banyak penggemar, ya karena hampir semua pembaca merasakan kisah yang sama seperti  kisah Dilan dan Milea. Terlebih ingin memiliki kekasih seromantis Dilan. Sayangnya Dilan adalah lelaki dengan karakter asli bawaan lelaki yang menghadapi masalah dengan diam.


“Aku ingat, aku pernah bilang kepadanya jika ada yang menyakitinya, maka orang itu akan hilang. Jika orang itu adalah aku, maka aku pun harus hilang.”

Padahal, menurutku saat Milea menyatakan putus, itu bukan benar-benar ingin putus, tapi ingin melihat Dilan membujuknya dan berhenti dari geng motornya demi Milea. Tapi nyatanya? Dilan tidak melakukan itu. Dan Milea adalah wanita, dengan karakter gengsinya yang tidak mugkin menarik ucapannya dan berkata ingin memulai kembali hubungan mereka. Haa, itu mustahil.
Dengan berbagai masalah yang nenerjang hidup Dilan, Ia mulai bisa bersikap dewasa terhadap apa yang ia hadapi. Mungkin kalian yang sudah baca serial Dilan yang pertama dan kedua pastilah sudah tahu bagaimana ending cerita yang membuat pembaca gemas. Karena serial novel ini memang berciri flashback, Jadi jangan baper, apalagi berang dan Aahh, kenapa sih ending-nya begini! Yaa, begitulah kisah cinta.

“Jalani hidupmu dengan mengacu kepada pikiranmu sendiri tanpa harus memaksa orang untuk berpikir sama dengan dirimu.”

Gaya bahasa yang ringan, seolah sedang mengobrol langsung dengan Dilan, membuat pembaca tak perlu waktu lama untuk menyelesaikan novel ini. Ajaibnya, aku lihat review di Goodreads, bahkan ada yang menyelesaikan novel dengan 360 halaman ini hanya dalam waktu dua jam saja. Saking supernya Pidi Baiq merangkai kisah Dilan dan Milea semenarik kisah nyata ke dalam novel ini. Seakan tak ingin berhenti membaca, Pidi Baiq membuat seolah Dilan itu nyata dan membuat rasa penasaran yang menggila. 

Dan kalau kalian penasaran ending-nya gimana, dan pengen ikut merasakan bagaimana Milea mampu menguasai Dilan dan cara Dilan membuat Milea merasa memiliki Dilan seutuhnya, Yaa kudu baca dong! Walaupun cerita di dalam novel ini terkesan seperti cerita romansa remaja biasa tetapi Novel ini sudah berhasil menyihir orang-orang yang tak suka membaca jadi rela menghabiskan waktunya demi membaca Novel ini. Yakin gak mau baca? Penasaran kan?

“Dan sekarang, yang tetap di dalam diriku adalah kenangan, di sanalah kamu selalu. Terima kasih, Lia. Terima kasih dulu kau pernah mau.”

4 komentar:

  1. Aku termasuk sangat jarang baca novel. Soalnya ngga sempet :(. Tapi kalo ada waktu bole juga nih novel buat bacaan ringan ;).

    mollyta(dot)com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan kak, nnti kk nostalgia sama mantan SMA kakak, payah pulak haha

      Hapus
  2. 3 bulan lalu mau beli ini, sampai sekarang nggak ke sampean :(

    BalasHapus