Rabu, 10 April 2013

Lama Tak Mendengar Igauanmu, Sayang


     Malam minggu, aku tak berharap ada cerita indah malam ini, kurasa memang semua hari sama saja tak ada yang istimewa atau yang mengistimewakan aku. Aku melanjutkan aktifitasku menulis novel pertamaku bertajuk “Ada Cinta Dibalik Awan”, aku memasuki lembaran ke 32. Aku mencoba memfokuskan diriku setelah baru semenit yang lalu aku melihat secarik foto seorang pria yang selalu menginspirasiku, inspirasi yang membuatku untuk terus bersemangat untuk menulis, aku selalu mengingatnya setiap kali mendaratkan tangan di keyboard komputerku.
Mungkin aku yang terlalu fokus atau tulisanku yang membuatku bersemangat untuk melanjutkannya hingga aku tak menyadari handponeku bergetar, loadspeaker komputer-ku berontak, menandakan ada sinyal lain menghampirinya. Kuraih handponeku, kulihat dan kubaca lekat-lekat telfon masuk di handponeku. Cholil Audad Memanggil, apa? apa aku tidak salah baca? atau aku yang menelfon kali ya? beribu pertanyaan berkecamuk, aku langsung mengangkat telfon tersebut.
Aku panik, sudah lama aku tidak mendengar igauannya. Dia masih sama seperti dulu, nyebelin tapi ngangenin. manis sekali, membuatku sulit untuk patuh pada komitmen yang aku buat sendiri, komitmen yang menyatakan untuk benar-benar melupakannya. “mana ada cowok yang enggak senang dengar suaramu” kira-kira begitulah igauannya, heyy, aku tersipu, dalam jarak yang memisahkan aku dan dia, aku tersenyum bahagia.
Inspirasiku, lama tak mendengar igauanmu. Aku kira kau memang berniat untuk berbincang denganku, ternyata hanya memastikan, aku memelas. Sebab ada orang lain yang menelfonnya dan tidak bersuara, katanya. Ia beranggapan bahwa itu adalah telfon dariku. Sudahlah, kukira aku hanya sebatas teman dikala ia bosan, memang benar. Ia sedang dalam posisi menunggu, menunggu kapan akan berlabu. Berlabu dari Batam ke Medan.
Meski begitu, aku tetap berbunga menerima telfon darinya, meskipun hanya . 40 menit 6 detik, seandainya aku bisa merekam suara syahdunya, ah dayaku tak ada. Tapi suaranya tidak hilang dari peredaran telinga, hati dan otakku. Gelak tawa tak mampu aku elakkan, meski ia pun bukan sengaja untuk mengundangku tertawa, terlebih karena aku yang terlalu riang menerima telfon darinya. ah, apa sih hebatnya dia?
Tapi, kepribadian cuek dan selalu membuatku kesal memang tidak pernah hilang dari sosok dirinya, di balik tawa yang ia hempaskan kepadaku, ia tutup dengan perih kecil yang menusuk-nusuk relungku. Ia berterima kasih dan memintaku untuk melupakannya. Padahal aku memang hampir melupakannya, setelah aku ingin menghapus komitmenku untuk melupakannya, dia malah memintaku untuk melupakannya. Kau memang sangat menyebalkan. Aku sangat membenciku, sangat…….. *aku bohong. Telfon terputus tanpa salam, tutt…tutt…Aku kembali terjebak di zona andilau (antara dilemma dan galau).

Medan, 29 Desember 2012
23.31 Wib
Dalam Zona Andilau
Ketika Perasaan Tak Bisa Berbohong

Tidak ada komentar:

Posting Komentar