Minggu, 07 Agustus 2016

# FICTION # POEMS

PUISI Agnesiarezita di Harian Analisa - 29 Juni 2016

MUARA SEGALA RASA
Oleh: Agnesiarezita
Pada gerimis senja kala itu
kudapati hembusan angin menerpa sisi-sisi anak rambutmu
pada matamu yang teduh
kutemukan aku bersemayam bertabuh rindu
kita saling diam
hanya suara angin yang memberi melodi kasih
aku masih menikmati lajunya air mengalir
pada anak sungai yang bermuara di hadapan kita
kau masih diam, entah berfikir apa
aku hanya bisa menikmati tarian rambutmu menggelayun manja
aku berteriak dalam dada
memintamu berhenti diam
berharap bersuara apa saja
setidaknya pahamilah bahwa rasaku mengalir deras
sederas air sungai yang bermuara di depan matamu

Matahari yang Pulang ke Pangkuan Laut
Oleh: Agnesiarezita
Punggung itu hilang dari balik pintu kapal
lambaian terakhir kian mengundang luka
perlahan ombak membawamu pergi
meninggalkan air tergenang di pipi

detak detik arloji berputar cepat
tanpa peduli ada seseorang yang tengah menangisi
berharap ada celah kapal itu kembali
menyeka air hujan yang membasahi pipi

matahari bergulir merona mega
perlahan mencumbu lautan
dan ia masih saja diam. terpaku
hingga akhirnya matahari pulang ke pangkuan laut
ia pun lenyap terbenam malam

Rindu Lebur Berbaur
Oleh: Agnesiarezita
Aku masih tersudut ciut
pada keningmu yang kerut
aku rasa gerah
meski hujan tak kunjung reda
malah menderas ia di mataku
jatuh bersimpuh kian luruh
sebab rindu tak temu engkau
lebur lebu lebur
lama menanti fajar
gelegar gelegar petir menggelegar
entah kapan pelangi datang
berbaur bersama embun
yang membias jatuh di bola mataku

Ibu yang Kehilangan Anak-anaknya
Oleh: Agnesiarezita
Senja hampir tumbang
ibu usai memasak bekal buka puasa
sendiri, dibantu sang ikhlas
untuk ayah, dan keempat anaknya

beberapa menit yang lalu keempat anaknya pergi
izin untuk pergi berbuka puasa bersama, katanya
bukan tak ingin bersama ayah dan ibu
hanya sesekali, menikmati momen ramadhan yang hanya setahun sekali
besok hari senja tumbang lagi
menu spesial tentunya juga berbeda
keempat anaknya izin pergi lagi
ada saja yang mengajak berbuka bersama, ngakunya
hampir dua minggu ramadhan berlalu
ibu rindu santap puji anaknya
rindu bunyi kelenting piring tanpa sisa
Ibu kehilangan tawa renyah kerupuk pelengkap nasi
kapan kamu buka puasa bersama ayah dan ibu, nak?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar