Oleh:
Rezita Agnesia Siregar
7
Juli, aku teringat kejadian setahun yang lalu, ketika masih tersambar senyummu
dari bias gulita, tersayup nadamu dari gelombang-gelombang merdu sang angin. Ketika
itu terdengar bisikan yang membuatku tak henti menyungging senyum, ah kau manis
sekali. Kata-katamu itu, membuatku tidak ingin menutup telfon itu, rasa-rasanya
aku tidak tengah berada di malam gulita ketika semua nafas sedang terengah
dalam balutan mimpi. Aku, merindu nada itu.
19.00
WIB, suara-suara itu di mulai di detik ini, hingga akhir yang tak ditentukan,
jikalau mata tak meraung untuk terpejam, mungkin saja suara kita masih saja
beradu, nada-nada riang itu bisa saja tak henti mengusir nyamuk-nyamuk nakal
yang berkeliaran di sudut telinga. Sedang apa kau detik ini, adakah kau
mengingatku, atau setidaknya adakah kau mengingat kejadian di hari ini?
Setahun
berlalu, layaknya hujan yang beriringan merdu bersama pelangi, indah. Tapi
sekarang, kita benar-benar seperti dua insan yang tak saling mengenal. Berjalan
berjauh-jauhan, persis lirik di dalam lagu yang berjudul “Kepompong” itu,
karena kisah kita juga diawali dari Persahabatan kan. Seharusnya dulu kita
tidak merusak persahabatan kita, dengan rasa yang bodoh ini. Hingga akhirnya
terjelma lah “Mantan Sabahat." Malangnya, kisah kita seperti gelas pecah
yang tidak mungkin bersatu kembali, sudah benar-benar seperti musuh, untuk
tegur sapa pun sepertinya bukan barang mudah lagi. Karena hatimu, hatiku, sudah
tak sekata lagi.
Aku
berusaha sebisa mungkin, untuk bisa seperti wanita yang ada di lirik lagunya Citra
Scolastika “Everybody Knew”. Huaa.. harusnya aku bisa melihatmu
bergandeng dengan pacar barumu tanpa penyesalan dan juga tanpa cemburu sama
sekali. Tapi, ini masih usaha. Sebisa mungkin, mungkin dan mungkin, dan
mungkin saja tidak bisa, dan aku harus bisa. Sebenarnya aku juga heran apa yang
membuat 7 Juli kita berantakan, angin berhembus begitu cepatnya, seperti
gelombang Tsunami di Aceh kemarin lalu, tak berjejak. Tiba-tiba tanpa sadar
statusku bukan milikmu lagi, ah, gila.

Terimakasih ya
hujan inspirasiku, semoga kau bahagia dengan pelaut wanitamu itu, jangan
perlakukan dia seperti apa yang kau perlakukan padaku ya J
Wiki Armaya Ikhwana (semoga tidak salah nama) sejauh aku mengenalnya beberapa
hari lalu, ia wanita yang manis, juga baik,. Cholil Audad, Happy Failed Aniv
yaa ^^
Medan,
07 July 2013 | 19.00 WIB
*Before
I Die-Ost. The Witness
test
BalasHapushaaaaaaaaa kangeeennnnn <3 <3 <3
BalasHapusmaaf yoo ngomen nya di tulisan yg ini haha :p
kereeeeeen tulisan tulisan mu sya. udh berapa banyak nih kubaca tulisan mu wiiihhhhh. mauuu dongg diajari jadi blogger :D:P
pokoknya kangeeen kangeen kangeeennn <3
Wuih kangen siapa nih, nesya atau si Odong? Wkwk. Makasih cin, tulisannya biasa aja kok. Kebawa emosi malah ini.*tersedu-seduh. Eh ramadhan n lebaran ini kita belum ada jumpa ya. Ya ampun. Devi mana devi...
HapusEhem...ehem...ehem...lagi kangen pake bingitz ya. Tulisannya keren dan puitis. Ajarin Bunda donk nulis yang mendayu-dayu gitu. Salam kenal atau kita udah kenalan ya, serasa familiar nih namanya. Rezita Agnesia Siregar.
BalasHapus