Senin, 08 Juli 2013

Hari Ini Setahun Yang Lalu

Oleh: Rezita Agnesia Siregar
7 Juli, aku teringat kejadian setahun yang lalu, ketika masih tersambar senyummu dari bias gulita, tersayup nadamu dari gelombang-gelombang merdu sang angin. Ketika itu terdengar bisikan yang membuatku tak henti menyungging senyum, ah kau manis sekali. Kata-katamu itu, membuatku tidak ingin menutup telfon itu, rasa-rasanya aku tidak tengah berada di malam gulita ketika semua nafas sedang terengah dalam balutan mimpi. Aku, merindu nada itu.
19.00 WIB, suara-suara itu di mulai di detik ini, hingga akhir yang tak ditentukan, jikalau mata tak meraung untuk terpejam, mungkin saja suara kita masih saja beradu, nada-nada riang itu bisa saja tak henti mengusir nyamuk-nyamuk nakal yang berkeliaran di sudut telinga. Sedang apa kau detik ini, adakah kau mengingatku, atau setidaknya adakah kau mengingat kejadian di hari ini?
Setahun berlalu, layaknya hujan yang beriringan merdu bersama pelangi, indah. Tapi sekarang, kita benar-benar seperti dua insan yang tak saling mengenal. Berjalan berjauh-jauhan, persis lirik di dalam lagu yang berjudul “Kepompong” itu, karena kisah kita juga diawali dari Persahabatan kan. Seharusnya dulu kita tidak merusak persahabatan kita, dengan rasa yang bodoh ini. Hingga akhirnya terjelma lah “Mantan Sabahat." Malangnya, kisah kita seperti gelas pecah yang tidak mungkin bersatu kembali, sudah benar-benar seperti musuh, untuk tegur sapa pun sepertinya bukan barang mudah lagi. Karena hatimu, hatiku, sudah tak sekata lagi.
Aku berusaha sebisa mungkin, untuk bisa seperti wanita yang ada di lirik lagunya Citra Scolastika “Everybody Knew”. Huaa.. harusnya aku bisa melihatmu bergandeng dengan pacar barumu tanpa penyesalan dan juga tanpa cemburu sama sekali. Tapi, ini masih usaha. Sebisa mungkin, mungkin dan mungkin, dan mungkin saja tidak bisa, dan aku harus bisa. Sebenarnya aku juga heran apa yang membuat 7 Juli kita berantakan, angin berhembus begitu cepatnya, seperti gelombang Tsunami di Aceh kemarin lalu, tak berjejak. Tiba-tiba tanpa sadar statusku bukan milikmu lagi, ah, gila.
Aku bukan merindu, hanya sekedar teringat padamu, Pelaut sok oke, Odong. Tapi setidaknya aku masih menganggapmu hujan inspirasiku. Dan di Ramadhan kali ini, sepertinya tuhan memberikan jalan lain, bahwa aku memang harus fokus pada ibadahku, setidaknya aku senang, tidak ada lagi yang bisa membuatku menangis ketika aku sedang berpuasa, seperti yang kau lakukan dulu. Tapi, aku pasti bakal kehilangan satu Adam yang akan mengucapkan selamat ulangtahun padaku tepat pada waktunya, tak apa lah. Sudah mengenalmu saja, bahagianya menggila, tapi mengenalmu juga penyesalan yang tiada tara. Tapi…tapi bahagiaku lebih besar daripada penyesalanku, kau adalah pengalaman terhebat dalam kisah RASA-ku. 
Terimakasih ya hujan inspirasiku, semoga kau bahagia dengan pelaut wanitamu itu, jangan perlakukan dia seperti apa yang kau perlakukan padaku ya J Wiki Armaya Ikhwana (semoga tidak salah nama) sejauh aku mengenalnya beberapa hari lalu, ia wanita yang manis, juga baik,. Cholil Audad, Happy Failed Aniv yaa ^^

Medan, 07 July 2013 | 19.00 WIB
*Before I Die-Ost. The Witness


4 komentar:

  1. haaaaaaaaa kangeeennnnn <3 <3 <3
    maaf yoo ngomen nya di tulisan yg ini haha :p

    kereeeeeen tulisan tulisan mu sya. udh berapa banyak nih kubaca tulisan mu wiiihhhhh. mauuu dongg diajari jadi blogger :D:P

    pokoknya kangeeen kangeen kangeeennn <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wuih kangen siapa nih, nesya atau si Odong? Wkwk. Makasih cin, tulisannya biasa aja kok. Kebawa emosi malah ini.*tersedu-seduh. Eh ramadhan n lebaran ini kita belum ada jumpa ya. Ya ampun. Devi mana devi...

      Hapus
  2. Ehem...ehem...ehem...lagi kangen pake bingitz ya. Tulisannya keren dan puitis. Ajarin Bunda donk nulis yang mendayu-dayu gitu. Salam kenal atau kita udah kenalan ya, serasa familiar nih namanya. Rezita Agnesia Siregar.

    BalasHapus